Senin, 26 September 2011

MAAFKAN JIKA CINTAKU TAK “SEMPURNA”

Bertambah usia, semakin bertambah dekat ajal…
Ketakutan, dosa, hingga kematian menghantui
Sejenak terbayang tiap bab kehidupan lalu
Belum ada syukur yang nyata
Sudah sedemikian banyak waktu terlewat
Uhhff, tua adalah suatu keniscayaan
Tapi menjadi dewasa? Belum tentu
Terlepas dari semua
Aku cinta…
Sungguh aku cinta pada- Mu
Hanya saja tak sempurna
Tidak sesempurna “mereka”
Sungguh aku benar- benar cinta
Dalam diam, aku cinta

Hanya ini yang bisa kulakukan untuk- Mu
Cuma ini kemampuanku
Rasa cinta, rasa syukur, dari hati, lisan hingga yang “tampak dariku”
Maafkan jika tak sempurna
Terima kasih buat semuanya
Iman dan islamku
Orangtua dan keluargaku
Buat dia  yang Kau hadirkan untukku
Moga hanya untukku
Terimakasih buat sahabat dan teman- temanku
Buat keluarga masjidku
Buat lingkunganku
Ku bawa 7 anggota tubuhku bersujud pada- Mu
Keningku, kedua telapak tangan dan lutut juga kakiku
Memohon ampunan atas perbuatanku
Sungguh, hanya ini yang bisa ku lakukan
Maaf buat ketidak sempurnaan ini
Maaf dengan sepenuh hati
Maaf dengan “sedikit kesucian hati dan diri”
Maafkan hamba ya Rabb, jika tak sempurna

Rabu, 21 September 2011

AKU BISA KARENA-MU

Ku tersenyum, tapi bukan pada kebahagiaan..
Ku menangis, tapi bukan pada kesedihan..
Aku terhempas tanpa tahu arah..

Alangkah miris kehidupan ini..
... aku menangis,, tapi harus tetap tersenyum..

Ibarat memakai topeng indah,,
tapi dalam hati tersimpan gundah..

Aku ingin berteriak!!!
Mencaci hidup yang tak terarah..
tapi sama saja ku mengingkari takdir-Nya..

padahal disana ada madu manis yang akan kuminum
Bila ku senantiasa sabar..
Ada muara sejuk yang menyegarkan..
Bila ku selalu bersabar

ooohh Ayah..
ajarkan aku sebuah kekuatan..
ooohh Bunda..
ajarkan aku sebuah kelembutan…

agar aku selalu tegar dan sabar dalam mengarungi kerasnya kehidupan..
agar ku selau bersyukur..
agar ku tenang seperti kalian..

kepada angin.. ku gantungkan semangatku..
kepada matahari.. ku gantungkan asaku..
kepada air.. kugantungkan kesabaranku..
kepada tanah.. kugantungkan langkahku..

kepada Rabbku.. kupasrahkan takdirku..
dank u bisikkan pada-Nya..
aku bisa karna-Mu..

Sabtu, 17 September 2011

Memahami makna cinta

Suatu hari, ada seorang istri muslimah yang taat. Dia memegangi syariat berjilbab dengan baik, sehingga menutup wajahnya dari laki-laki  yang bukan mahromnya. Suatu saat dia menuntut suaminya untuk memberikan beberapa haknya, tetapi suaminya mengingkarinya. Akhirnya istri ini pun mengadukanya di pengadilan agama. Pada saat sidang hakim berkata pada istri,
” Engkau harus menghadirkan beberapa orang saksi”
Tatkala para saksi telah hadir, hakim pun berkata pada si istri, ” Sekarang bukalah cadarmu, agar para saksi bisa mengenalimu”
Melihat si istri akan membuka cadarnya di hadapan para saksi dan laki-laki lainya yang tidak halal melihat kecantikanya, suaminya tiba-tiba mengatakan ” Tidak, wahai hakim..! Jangan anda meminta istri saya membuka wajahnya. Baiklah saya telah mengaku telah menahan hak-haknya”
Mendengar perkataan suaminya tersebut’ si istri langsung berdiri lalu beranjak menuju suaminya dan duduk disampingnya, kemudian ia berkata pada hakim, ” Aku bersaksi kepada anda wahai hakim, aku telah melepas hak-hakku dari suamiku, dan aku telah membebaskanya dari tuntutanku”
Hakim pun lalu berkata, ” Tulislah hal ini didalam makarimul akhlak (akhlak-akhlak yang terpuji) “.
MasyaAlloh…
Benar benar ketulusan cinta. Tetapi siapa yang mengetahuinya..?
Boleh saja seorang istri mengatakan,” Aku tidak mencintai suamiku..!!” Boleh saja seorang suami mengatakan,” Aku tidak bisa mencintai istriku” Namun tentunya boleh juga kita mengatakan,” Bagaimana bila aku tidak percaya..?”
Pasalnya siapa yang akan mengingkari cerita cinta diatas adalah cerita cinta.? Ya, memang benar, itulah cinta.
Jadi, apa yang mendorong suami untuk ingin segera pulang menemui istrinya bila bukan cinta..? Apakah yang menjadikan istri gundah gulana dan khawatir saat suaminya belum juga pulang kalau bukan cinta..? Apa pula yang menjadikan suami gundah dan khawatir saat melihat istrinya dalam keadaan sakit bila bukan cinta..?
Memang banyak suami atau istri yang memahami cinta lain dari yang kita sebutkan. Akan tetapi, betapa banyak suami dan istri yang memahami cinta dengan pemahaman lain, yang mengatakan bahwa dirinya tidak mencintai pasanganya, namun saat istri atau suaminya sedang sakit atau semacamnya, ia merasa sangat cemas, bahkan perasaan itu seolah-olah hampir membunuhnya. Apalagi kalau bukan cinta..?
Maka sebagaimana kau mencintainya, yakinlah bahwa ia juga mencintaimu.
[Di nukil dari majalah al mawaddah, vol.39]

HAKIKAT CINTA MENURUT ISLAM

Cinta itu laksana pohon di dalam hati. Akarnya adalah ketundukan kepada kekasih yang dicintai, dahannya adalah mengetahuinya, rantingnya adalah ketakutan kepadanya, daun-daunnya adalah malu kepadanya, buahnnya adalah ketaatan kepadanya dan air yang menghidupinya adalah menyebut namanya. Jika di dalam cinta ada satu bahagian yang kosong bererti cinta itu berkurang.

Apabila Allah s.w.t. cinta kepada kita maka seluruh makhluk di langit dan di bumi akan mencintainya bertepatan dengan hadith dari Abu Hurairah bahawa Nabi Muhammad s.a.w. telah bersabda yang bermaksud:

“Jika Allah s.w.t. mencintai seseorang hamba, maka Jibril berseru, “Sesungguhnya Allah s.w.t. mencintai Fulan, maka cintailah dia!” Maka para penghuni langit mencintainya, kemudian dijadikan orang-orang yang menyambutnya di muka bumi.”
[Riwayat Bukhari dan Muslim]

Dalam Sunan Abu Daud dari hadith Abu Dzar r.a., dia berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda:

“Amal yang paling utama ialah mencintai kerana Allah s.w.t. dan membenci kerana Allah s.w.t.”

Imam Ahmad berkata: “Kami diberitahu oleh Isma’il bin Yunus, dari Al-Hassan r.a. bahawa Rasulullah s.a.w. bersabda:

“Demi Allah, Allah s.w.t. tidak akan mengazab kekasih-Nya, tetapi Dia telah mengujinya di dunia.”

Bagaimanakah yang dikatakan hakikat cinta itu?

Banyak mengingati pada yang dicintai, membicarakan dan menyebut namanya.

Apabila seseorang itu mencintai sesuatu atau seseorang, maka sudah tentu beliau kan sentiasa mengingatinya di hati atau menyebutnya dengan lidah. Oleh yang demikian, Allah s.w.t. memerintahkan hamba-hamba-Nya sgsr mengingati-Nya dalam apa keadaan sekalipun sebagaiman yang difirmankan oleh Allah s.w.t.:

“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu bertemu dengan sesuatu pasukan (musuh) maka hendaklah kamu tetap teguh menghadapinya, dan sebutlah serta ingatilah Allah (dengan doa) banyak-banyak, supaya kamu berjaya (mencapai kemenangan).” [Al-Anfaal:45]

Tunduk pada perintah orang yang dicintainya dan mendahulukannya daripada kepentingan diri sendiri.

Dalam hal ini, orang yang mencintai itu ada tiga macam:

1. Orang yang mempunyai keinginan tertentu dari orang yang dicintainya.
2. Orang yang berkeinginan terhadap orang yang dicintainya.
3. Orang yang berkeinginan seperti keinginan orang yang dicintainya. Inilah yang merupakan tingkatan zuhud yang paling tinggi kerana dia mampu menghindari setiap keinginan yang bertentangan dengan orang yang dicintainya. Firman Allah s.w.t.:

“Katakanlah (Wahai Muhammad): "Jika benar kamu mengasihi Allah maka ikutilah daku, nescaya Allah mengasihi kamu serta mengampunkan dosa-dosa kamu. dan (ingatlah), Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani.”
[A’li Imran:31]

Daripada Abu Hurairah r.a. berkata: Rasul s.a.w. bersabda:

“Akan timbul di akhir zaman orang-orang yang mencari keuntungan dunia dengan menjual agama. Mereka menunjukkan kepada orang-orang lain pakaian yang dibuat daripada kulit kambing (berpura-pura zuhud daripada dunia) untuk mendapat simpati orang ramai, dan percakapan mereka lebih manis daripada gula. Pada hal hati mereka adalah hati serigala (mempunyai tujuan-tujuan yang jahat). Allah s.w.t. berfirman kepada mereka: Apakah kamu tertipu dengan kelembutanKu? Apakah kamu terlampau berani berbohong kepadaKu? Demi KebesaranKu, Aku bersumpah akan menurunkan suatu fitnah yang akan terjadi di kalangan mereka sendiri sehingga orang ‘alim (cendikiawan) pun akan menjadi bingung (dengan sebab tekanan fitnah itu)”
[Riwayat At-Tirmidzi]

Ibnu Abbas berkata: Allah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman agar tidak meredhai kemungkaran yang berlaku di tengah-tengah mereka. Apabila mereka mengakui kemungkaran itu, maka azab Allah akan menimpa mereka semua, baik yang melakukannya mahupun orang-orang yang baik.

Umar Ibn Abdul Aziz berkata: Bahawa sesungguhnya Allah tidak mengazab orang ramai dengan sebab perbuatan yang dilakukan oleh orang-oeang perseorangan. Tetapi kalau maksiat dilakukan terang-terangan sedangkan mereka (orang ramai) tidak mengingatkan, maka keseluruhan kaum itu berhak mendapat seksa.

"Sesungguhnya Allah telah memfardhukan pelbagai perkara wajib, maka janganlah kamu mengabaikannya, dan telah menetapkan had bagi beberapa keharusan, maka janganlah kamu melewatinya, dan juga telah mengharamkan beberapa perkara, maka janganlah kamu mencerobihinya, dan juga telah mendiamkan hukum bagi sesuatu perkara, sebagai rahmat kemudahan buat kamu dan bukan kerana terlupa, maka janganlah kamu menyusahkan dirimu dengan mencari hukumannya"( Riwayat Ad-Dar Qutni, ; Ad-Dar Qutni : Sohih, An-Nawawi : Hasan )

Mencintai tempat dan rumah sang kekasih.

Di sinilah letaknya rahsia seseorang yang menggantungkan hatinya untuk sentiasa rindu dan cinta kepada Ka’abah dan Baitulahhilharam serta masjid-masjid sehinggakan dia rela berkorban harta dan meninggalkan orang tersayang serta kampung halamannya demi untuk meneruskan perjalanan menuju ke tempat yang paling dicintainya. Perjalanan yang berat pun akan terasa ringan dan menyenangkan.

Bukannya seperti kebanyakan daripada manusia zaman ini yang lebih cintakan harta benda daripada apa yang sepatutnya mereka cintai.

Daripada Tsauban r.a berkata: Rasul s.a.w. bersabda:

“Hampir tiba suatu masa dimana bangsa-bangsa dari seluruh dunia akan datang mengerumuni kamu bagaikan orang-orang yang hendak makan mengerumuni talam hidangan mereka. Maka salah seorang sahabat bertanya: Apakah dari kerana kami sedikit pada hari itu? Nabi s.a.w. menjawab: Bahkan kamu pada hari itu banyak sekali, tetapi kamu umpama nuih di waktu banjir, dan Allah akan mencabut rasa gerund terhadap kamu dari hati musuh-musuh kamu, dan Allah akan mencampakkan ke dalam hati kamu penyakit “wahan”. Seorang sahabat bertanya: Apakah “wahan” itu hai Rasul s.a.w? Nabi s.a.w. menjawab: Cinta dunia dan takut mati” [Riwayat Abu Daud]

Mencintai apa yang dicintai sang kekasih.

Dengan mematuhi segala perintah Allah s.w.t. serta mengamalkan sunnah Rasulullah s.a.w.

“Wahai orang-orang yang beriman! masuklah kamu ke dalam ugama Islam (dengan mematuhi) segala hukum-hukumnya; dan janganlah kamu menurut jejak langkah syaitan; Sesungguhnya syaitan itu musuh bagi kamu yang terang nyata” [Al-Baqarah:208]

Berkorban untuk mendapatkan keredhaan sang kekasih

Keimanan seseorang muslim itu akan lengkap sekiranya dia mencintai Rasulullah s.a.w. dengan hakikat cinta yang sebenar. Rasulullah s.a.w. bersabda:

“Tidak beriman seorang daripada kalian sehingga aku menjadi orang yang lebih dicintainya daripada (cintanya kepada) anak dan bapanya serta sekelian manusia”
[Riwayat Asy-Syaikhany, An-Nasaai, Ibnu Majah dan Ahmad]

Barangsiapa yang lebih mementingkan orang yang dicintai, maka beliau sanggup berkorban nyawa sekalipun demi untuk membuktikan kecintaannya itu kepada sang kekasih yang dicintainya. Oleh yang demikian, kedudukan iman seseorang masih belum dianggap mantap kecuali menjadikan Rasulullah s.a.w. sebagai orang yang paling mereka cintai, lebih besar dari cinta kepada diri mereka sendiri apalagi cinta kepada anak dan seterusnya keluarga dan harta benda. Firman Allah s.w.t.:

“Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri[1200] dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu mereka. dan orang-orang yang mempunyai hubungan darah satu sama lain lebih berhak (waris-mewarisi) di dalam Kitab Allah daripada orang-orang mukmim dan orang-orang Muhajirin, kecuali kalau kamu berbuat baik[1201] kepada saudara-saudaramu (seagama). adalah yang demikian itu telah tertulis di dalam Kitab (Allah)”

[1200] Maksudnya: orang-orang mukmin itu mencintai nabi mereka lebih dari mencintai diri mereka sendiri dalam segala urusan.
[1201] yang dimaksud dengan berbuat baik disini ialah berwasiat yang tidak lebih dari sepertiga harta.
[Al-Ahzab:6]

Cemburu kepada yang dicintai.

Orang yang mencintai Allah s.w.t. dan Rasul-Nya sentiasa cemburu hatinya apabila hak-hak Allah s.w.t. dan Rasul-Nya dilanggar dan diabaikan. Dari kecemburuan inilah timbulnya pelaksanaan amal makruf dan nahi mungkar. Oleh kerana itulah, Allah s.w.t. menjadikan jihad sebagai tanda cinta kepada-Nya. Firman Allah s.w.t.:

”Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah Lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui” [Al-Maaidah:54]

Menghindari hal-hal yang merenggangkan hubungan dengan orang yang dicintai dan membuatnya marah.

”Hai nabi, bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu menuruti (keinginan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik. Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan ikutilah apa yang diwahyukan Tuhan kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan bertawakkallah kepada Allah. dan cukuplah Allah sebagai Pemelihara” [Al-Ahzab:1-3]

”Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu[106] mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal)”

[106] yang dimaksud dengan orang yang zalim di sini ialah orang-orang yang menyembah selain Allah. [Al-Baqarah:165]

“Sesudah itu, patutkah mereka berkehendak lagi kepada hukum-hukum jahiliyah? padahal - kepada orang-orang yang penuh keyakinan - tidak ada sesiapa yang boleh membuat hukum yang lebih pada daripada Allah” [Al-Maaidah:50]

“Dan janganlah kamu makan (atau mengambil) harta (orang-orang lain) di antara kamu dengan jalan yang salah, dan jangan pula kamu menghulurkan harta kamu (memberi rasuah) kepada hakim-hakim kerana hendak memakan (atau mengambil) sebahagian dari harta manusia dengan (berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui (salahnya)”
[Al-Baqarah:188]

Daripada Abu Hurairah r.a. katanya: aku mendengar Rasul s.a.w. bersabda:

“Umatku akan ditimpa penyakit-penyakit yang pernah menimpa umat-umat terdahulu. Sahabat bertanya: Apakah penyakit-penyakit umat-umat terdahulu itu? Nabi s.a.w. menjawab: Penyakit-penyakit itu ialah (1) terlalu banyak seronok (2) terlalu mewah (3) menghimpun harta sebanyak mungkin (4) tipu menipu dalam merebut harta benda dunia (5) saling memarahi (6) hasut-menghasut sehingga jadi zalim menzalimi”
[Riwayat Al-Hakim]

[Dipetik dari buku Cinta dan Rindu oleh Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah / Al-Hikam oleh Syeikh Ibn Ata'illah Al-Sakandari]