Kamis, 28 April 2011

Cinta : Ungkapan Yang Sering Disalahtafsirkan

Kalimah cinta sering diucapkan, namun keseringan kita
menyebu cinta belum bermakna kita sudah mempunyai pengertian yang
tepat mengenainya. Akibatnya, cinta sering disalahtafsirkan.
Salah tafsiran mendorong kepada salah tindakan. Daripada sesuatu yang mahal
dan murni sifatnya, cinta bertukar menjadi salah satu yang
termurah dan tercemar.

Kerap kali, cinta menjadi sesuatu yang pedih, jijik dan
mengecewakan. Kecewa bercinta, 'cinta monyet' dan sebagainya sudah
tidak asing lagi dikalangan remaja. Ramai yang telah menderita kerana
cinta. Lalu berderetanlah korban cinta sepanjang zaman seperti Romeo
dan Juliet, Uda dan Dara dan Anthony dan Cleopatra.

Sebelum mengaitkan cinta dan perkahwinan, adalah lebih baik
jika diperjelaskan falsafah cinta itu terlebih dahulu. Ini bukanlah
persoalan ilmiah yang menurut perahan akal tahap sarjana, tetapi
perbahasan mudah yang melibatkan fitrah dan rasa. Justeru cinta adalah
fitrah yang dikurniakan Tuhan kepada setiap manusia.

Ingin menyintai dan dicintai adalah keperluan semulajadi yang
perlu diisi. Hati memerlukan cinta, sama seperti jasad memerlukan
makanan. Anehnya,apa yang kita rasai tidak semestinya kita fahami.
Lalu apakah sebenarnya cinta itu?

Cinta dan Penciptanya

Untuk mengetahui segala-galanya tentang cinta, manusia perlu
merujuk kepada pencipta cinta itu sendiri yakni Allah SWT. Tuhan
menciptakan cinta, maka Dialah yang Maha Mengetahui sifat dan
rahsianya. Cinta itu indah kerana diciptakan oleh Allah Yang Maha
Indah. Sabda Rasulullah SAW," Allah itu indah dan cintakan keindahan"
Bukan saja indah, cinta yang diciptakan Allah itu bertujuan untuk
menyelamatkan, mententeramkan dan membahagiakan manusia. Tidak kira
sama ada dalam komunikasi antara manusia dengan Tuhan.

Allah SWT tidak mengurniakan rasa cinta semata-mata, tetapi
Allah juga mengurniakan 'hukum' cinta yang mesti dipatuhi demi
mencapai maksud penciptaannya. Dengan 'hukum' itu, Allah mengatur agar cinta
sentiasa selamat dan menyelamatkan. Begitulah cinta dalam Islam, ia
mempunyai kaedah dan peraturan demi menjaga kemurnian dan kesuciannya.
Selagi manusia berpegang kepada peraturan ini, selagi itulah cinta
terpelihara dalam sifat fitrahnya yang asal, yakni murni, indah dan
mententeramkan.

Tidak kira di mana dan dalam keadaan apa sekalipun, selagi
cinta mematuhi hukum Allah, selagi itulah ia indah. Inilah faktor
penentu keindahan cinta sama ada sebelum atau selepas perkahwinan.
Dalam dua keadaan, yang mana satu lebih memudahkan hukum cinta itu
dipatuhi? Sebelum atau selepas perkahwinan?

Untuk menjawabnya, kita terpaksa merujuk kepada kenyataan
awal semula, yakni cinta adalah fitrah dari Allah yang ada peraturannya.
Untuk mendapat cinta yang sejati dan berkekalan, peraturan ini mesti
dipatuhi.

Peraturan pertama yang perlu dipatuhi ialah cinta itu mesti
dibina atas dasar cinta Allah. Cintalah sesiapa pun tetapi mestilah
kerana Allah. Namun meletakkan cinta hanya untuk dan kerana Allah
tidaklah menghalang meletakkan cinta kepada yang lain. Islam
membenarkan seorang ibu mencintai anaknya, seorang rakyat menyintai
pemimpinnya, seorang isteri menyintai suaminya, malah seorang wanita
terhadap lelaki dan sebaliknya... tetapi dengan syarat cinta itu
mestilah diletakkan atas dasar cinta Allah.

Apa tandanya kita menyintai seseorang atas dasar cintakan Allah?

Pertama, mestilah dipastikan kecintaan itu tidak melebihi
cinta kepada Allah. Kita akan sentiasa mendahulukan kehendak kecintaan utama
kita (Allah) daripada kehendak kecintaan-kecintaan kita yang lain.
Pertemuan antara cinta Allah dan kecintaan kepada yang lain tidak
seharusnya berlaku sekiranya cinta Allah mendapat keutamaan tertinggi
dan cinta-cinta lain diatur serta dirujukkan kepada Allah.

Kedua, cinta itu mestilah tidak melanggar batas-batas
syariat.Jangan cinta menyebabkan kita berdosa kerana tidak melaksanakan apa
yang diperintahkanNya dan melanggar apa yang dilarangNya. Apabila dua
syarat ini dilanggar, maka cinta tidak akan murni dan berkekalan lagi.
Inilah punca patahnya cinta selepas perkahwinan. Tetapi, sekiranya dua
hukum cinta dipatuhi, maka disinilah pula letaknya keindahan cinta
selepas pernikahan.

Cinta Abadi

Apa kabar wahai diriku ?
Semoga selalu istiqomah di dalam jalan-Nya
Jalan indah yang selalu Engkau ridhoi
Yang membuatku terpana akan keagungan-Mu
Yang telah menciptakan dan menjadikanku sebagai "diriku"
Aku ingin menjadi yang ‘terspesial’ untuk diriku sendiri
Bukan, bukan untuk orang lain
Karena sesungguhnya aku tak ingin dilihat oleh ‘dunia’
Yang telah membutakan mata hatiku
Aku memohon ampun kepadaMu Ya Rabb..
Cinta yang suci, cinta yang abadi
Hanya untuk Kekasihku, yang selalu kuharap pertemuan dengan-Nya
Tak ada yang dapat melebihi cinta yang suci ini
Tapi apa yang dapat kubanggakan dari diriku?
Sesungguhnya diriku hanyalah hamba yang dhoif
Yang berusaha mencintai Rabb-nya dengan ketulusan hati
Ya Rabb..
Izinkanlah diriku mencintai-Mu semampuku…
Di dalam setiap lantunan ayat suci-Mu
Karena aku bukanlah Khadijah ra.
Yang memberikan seluruh hartanya untuk berjihad
Karena aku tidak sesabar Maryam binti Imran
Ketika menerima hinaan dari orang-orang yahudi
Ya Rabb..
Biarkan aku mencintai-Mu semampuku
Di dalam setiap solat malamku dan setiap dzikirku
Karena aku tidak seberani Shafiyah binti Abdul Muthalib
Yang senantiasa membawa tombak di medan tempur
Aku hanyalah diriku, yang selalu mengharap kepada Kekasihnya…

Dan Aku Mencintaimu Karena ALLAH

Cinta itu adalah ketika timbul perasaan aneh disekujur tubuhmu baik ketika kau melihatnya, mendengarnya, ataupun ketika kau merasakan kehadirannya di dekatmu. Adakalanya kau selalu ingin dekat dengannya, namun yakinlah, bahwa jarak yang jauh terkadang justru mampu mendekatkan hati kalian. Dan juga sebaliknya, kedekatan tanpa ikatan pernikahan seringkali merenggangkan hati kalian.

Cinta itu tumbuh secara tak terduga. Terkadang kau berpikir bahwa kau LEBIH BAIK mencintai orang tersebut. Namun ketika HATImu menolaknya kau tak akan mampu berbuat apa-apa. Biarlah perlahan-lahan hatimu, bersama dengan masa yang akan menghapusnya dari pikiranmu.
Namun ketika HATImu membenarkan, kau justru akan dibuat kebingungan karenanya. Kau justru akan berpikir ulang sebelum kau benar-benar yakin bahwa dialah cintamu yg sebenarnya.
Cinta karena Allah adalah ketika kau mengerti, tak hanya kelebihan dari orang itu yang kau lihat, namun juga MEMAHAMI dan MENERIMA kekurangan-kekurangan yang dimilikinya. Sungguh pun kau baru boleh mengatakan bahwa "aku mencintainya" setelah kau benar-benar mengenalnya dengan sebenar-benarnya, yaitu baik dan buruknya.


Cinta karena Allah itu tidak akan pernah sebatas pada penampilan dan kecantikan. Adakalanya kau akan lebih mencintai sebongkah arang hitam daripada sebutir intan yang berkilauan. Karena sesungguhnya kau sadar bahwa kau membutuhkan sebuah kehangatan yang mampu mengusir rasa dingin dari jiwamu. Lebih daripada sekedar keindahan yang ternyata membuatmu beku kedinginan.
Cinta karena Allah itu TIDAK akan tumbuh dari kecantikan seseorang. Namun KECANTIKAN seseorang justru akan tampak ketika kau mencintainya. Adalah bagaimana kau bisa mencintainya karena akhlak dan agamanya, bukan pada rupa, harta, ataupun nasabnya. karena dengan inilah kau bisa menepis kefakiran, kehinaan, ketidak bahagiaaan, dan kemudian menggantinya dengan kemuliaan yang diridhoi oleh Allah SWT.
Cinta karena Allah akan membuatmu merasa tidak perlu memiliki meskipun dalam hatimu kau sangat ingin. Adalah bagaimana kau bisa ikhlas ketika dia ternyata lebih mencintai orang lain dan bahkan kau pun bisa berdoa agar mereka bisa berbahagia.
Cinta karena Allah tidak akan menggiringmu pada jurang kemaksiatan. Ketika kau melihat dia dan mencintainya, hal itu akan membuatmu semakin berbenah diri, kau menjadi mampu melihat kekurangan-kekurangan dirimu untuk kemudian memperbaikinya.
Cinta Karena Allah tidak akan membuatmu berpikir sempit, justru kau akan berpikir lebih jauh ke depan, lebih matang, lebih dewasa, dan ke arah yang lebih serius…!! Kau tidak akan berpikir dan membayangkan apabila kalian sudah pacaran, namun kau sudah berpikir ke arah pernikahan. Karena kau sadar bahwa ia jauh lebih kokoh, suci, berarti dan bermakna di hadapan Allah daripada sekedar pacaran.
Cinta karena Allah terkadang tak tumbuh dengan sendirinya. Kita seperti layaknya diberi biji untuk ditanam. Lalu ia tergantung pada bagaimana kita merawatnya. Jika kita baik, maka baik pulalah perasaan itu, dan juga sebaliknya. Terkadang pula bisa jadi ia tumbuh dengan sendirinya. Ada saat dimana kau terkadang ingin membunuh saja perasaan tersebut namun entah mengapa kau tak berdaya. Karena sebenarnya bukanlah kita yang menumbuhkan perasaan cinta tersebut, namun Rabb yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang lah yang berkehendak atas segala perasaan itu.
Cinta karena Allah Bukanlah tentang bagaimana kalian saling memandang, namun bagaimana tentang kalian melihat ke arah yang sama, dan berjalan ke arah yang sama. Kalian sadar bahwa kalian tidak akan mampu menghadapi perjalanan tersebut sendirian melainkan kau butuh seseorang untuk berjalan disisimu, yang saling membantu, saling meringankan, dan saling mengarahkan dalam perjalanan menggapai Ridha-Nya.
Cinta karena Allah tidaklah selalu membutuhkan beragam kesamaan diantara kalian. Namun yang terpenting adalah kesamaan prinsip dan tujuan, yaitu menggapai ridha Allah SWT. dalam dirimu kau pun ingin agar kau merasa layak untuk mencintai dan dicintai olehnya.
 
 repost from Ethanhant in basabasi.com

Selasa, 26 April 2011

••..Memadu Cinta di Taman Islam..••

KEDUDUKAN CINTA
Umat secara keseluruhan sepakat bahwa cinta pada Allah dan Rasul-Nya adalah wajib. Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya merupakan maqam tertinggi dari berbagai maqam yang ingin dicapai oleh para pengembara menuju Allah. Semua maqam yang ingin diraih adalah buah dari cinta kepada Allah.
Dasar cinta seorang hamba kepada Allah adalah firman-Nya:
“…Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai Allah…” (Almaidah:54)“…adapun orang-orang yang beriman, mereka sangat cinta kepada Allah…” (Albaqarah:165)
“katakanlah, jika Bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluarga kalian, serta kekayaan yang kalian usahakan, perniagaan yang kalian khawatiri kerugiaannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai, adalah lebih kalian cintai daripada Allah, Rasul-Nya dan berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Allah tidak memberi petunjuk pada orang-orang yang fasik (At-Taubah:24)
Islam tidak menafikan adanya perasaan saling mencintai antara sesama manusia, sebab hal itu merupakan fitrah manusia. Secara naluri ia mencintai istri, keluarga, harta dan tempat tinggalnya. Namun, tidak sepatutnya sesuatu yang bersifat duniawi ini lebih ia cenderungi dan ia cintai dibanding Allah dan Rasul-Nya. Jika ia lebih mencintainya, maka berarti tidak sempurna imannya dan dapat terjerumus pada dosa terbesar yakni musyrik. Mencintai Allah dan Rasulnya merupakan jalan menuju keselamatan. Dalam sebuah hadits dikatakan:
“Tatkala seseorang bertanya kepada Rasulullah saw tentang hari kiamat, beliau menjawab dengan sebuah pertanyaan, 'Apa yang sudah engkau persiapkan untuknya?' orang itu menjawab 'tidak lain kecuali bahwa saya mencintai Allah dan Rasul-Nya'. Rasulullah Saw menjawab, 'Engkau beserta orang yang engkau cintai'. (H.R. Bukhari Muslim)
Cinta yang tulus adalah keimanan yang benar
Cinta hamba kepada Allah merupakan hal yang bisa mengangkatnya ke maqam dan derajat yang tinggi, sempurna, dan suci. Kedudukan yang tinggi ini menuntut sang hamba untuk berkorban demi kekasihnya, sebagaimana yang berlaku pada setiap orang yang mencinta. Sang pecinta harus rela mencintai objek cintanya dengan sepenuh hati dan fikiran. Ia harus sanggup berkorban demi yang dicintai dengan penuh suka cita. Ia juga harus lapang dada dan rela atas segala yang kurang berkenan dirasakan dari kekasihnya, juga harus sabar atas segala ujian yang menimpanya karena cinta itu.
Mengapa demikian, karena cinta, sebagaimana yang lazimnya terjalin antara sesama manusia, merupakan sebuah jalinan di luar nalar dan pengetahuan. Ia merupakan kecenderungan dan emosi yang berada di atas kehendak dan keinginan.
Setiap diri kita bisa saja mengenal dan tidak ada masalah dengan si Fulan, atau mengetahui dan senang dengan suatu benda, akan tetapi itu saja tidak cukup untuk menamai perasaan kita itu sebagai cinta. Perasaan cinta lebih dalam pengaruhnya dari itu. Ia lebih mengharu biru dan merampas hati. Bahkan cinta sejati adalah yang tidak memberikan ruang kosong dalam hati., tidak memberi jalan sedikitpun dalam jiwa bagi yang lain selain kekasih.
Jika telah sampai pada tingkat demikian, maka cinta kepada Allah itulah keimanan yang hakiki. Keimanan yang hakiki bukanlah sekedar pengetahuan dan ketundukan jiwa. Dengan kata lain, iman yang benar adalah imannya sang pencinta yang bergairah kepada Allah, yang bahkan bisa memabukkan dan melupakan diri sendiri. Cinta yang pengaruhnya tampak pada seluruh ucapan, tindakan dan sikap.
Adapun keimanan yang gersang, yang dingin dan pasif, yang tidak melampaui sekedar ketundukan jiwa dan pernyataan lisan, tidak pula tampak pengaruhnya pada aktivitas yang positif, maka itu bukanlah keimanan yang dikehendaki Allah dari hamba-Nya.
Seorang mukmin yang hakiki adalah orang yang memahami keindahan dan keagungan Allah, mengetahui kasih sayang dan kebaikan Allah. Disamping itu, ia meyakini sepenuhnya bahwa Allahlah satu-satunya pemberi nikmat dan anugerah. Tiada nikmat kecuali bahwa Dialah sumbernya, tiada anugerah kecuali dari-Nya. Dengan kesadaran ruhani seperti inilah ia mencintai-Nya. Hatinya sibuk memikirkan-Nya. Seluruh aktivitasnya ditujukan kepada-Nya semata. Kelezatan yang ia rasakan hanya ada dalam ketaatan kepada segala perintah-Nya. Ia memiliki kesempatan untuk menunaikan tugas dari-Nya, dengan senang dan bahagia, damai hatinya dan tegap langkahnya. Jika sang kekasih yang dicintai berbuat baik kepadanya, diterimanya kebaikan itu dengan rasa syukur, baik dengan lisan, hati maupun perbuatan. Jika ia mendapati kesulitan dalam perjuangan mencapai ridha-Nya, ia tegar, berlapang dada, dan sabar tanpa keluh kesah dan perasaan kecewa.
Mengapa kita mencintai Allah?
Dengan sedikit renungan, kita akan mendapatkan kesimpulan bahwa Allah SWT Dzat yang paling berhak untuk dicintai. Dia lebih patut menjadi labuhan hati dibanding orang tua, anak, bahkan diri sendiri.
Hal yang paling mudah difahami oleh akal fikiran, mengapa kita hanya patut mencintai-Nya adalah karena anugerah nikmat yang telah diberikan Allah kepada kita. Kenikmatan yang seluruh manusia tenggelam di kedalaman samuderanya, yang mengiringi manusia dalam hirupan nafas dan detak jantungnya, yang menyertainya di setiap tempat dan waktu, yang bersama keluasan dan keabadiaannya semata bersumber dari Dzat Allah Swt.
Untuk mengingatkan hamba-hamba-Nya akan nikmat ini, Allah Swt berfirman: ”Dan jika kalian menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kalian tidak akan menghitungnya …”(An-Nahl:18)
Rasulullah Saw bersabda:
“Cintailah Allah karena nikmat yang dianugerahkan kepada kalian, cintailah aku karena cinta kalian kepada-Nya, dan cintailah ahlulbaitku karena cinta kalian padaku”. (HR. Tirmidzi dan Al-Hakim).
Wahai sahabat, apakah patut dan masuk akal jika kita menikmati semua ciptaan-Nya, mulai dari cahaya, indahnya waktu pagi dan petang, harmoninya ciptaan seluruh mahluk nan menakjubkan, bumi dan langit yang bisa dimanfaatkan, sebagaimana firman-Nya, “… yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kalian…”( Al-Baqarah:29)
Dan juga firman-Nya, “… dan menyempurnakan untuk kalian nikmat-Nya lahir dan batin” , tetapi mengapa kita tidak menunaikan syukur dan tidak pula mengerti kadar nilainya?
Apakah tidak berpengaruh dalam hati kita, bagaimana luas nikmat-Nya dan bertebaran ihsan-Nya, yang kekuasaan-Nya menyilaukan orang yang memandang. Nikmat-Nya adalah keagungan yang tidak dapat diidentifikasi, ilmu yang tiada satu biji atompun di langit dan di bumi yang tidak terdeteksi, dan kearifan yang mencermatkan seluruh makhluk yang dicipta-Nya.
Maka berbahagialah orang yang mencium aroma keelokan-Nya dan mampu menangkap cahaya pancaran keindahan-Nya. Berbahagialah orang yang dapat meneguk anggur kenikmatan-Nya meski bercampuran. Memang, seringkali kita menangkap sesuatu namun tidak memahami substansinya. Seorang penyair bertutur:
Sesuatu yang sering memabukkan orang,
Adalah sesuatu yang disebutnya sebagai kecantikan,
Namun aku tiada pernah mengerti apakah itu

Sebagian ahli hikmah pernah berkata kepada para muridnya, “seluruh manusia sungguh merindukan Allah. Tahukah kalian mengapa demikian? Itu karena mereka merindukan kebajikan yang tiada batas, kesempurnaan yang tiada bertepi, keindahan yang tiada terukur. Semua hanyalah ada pada Allah SWT”.
Bukankah matahari, makhluk yang tampak paling menonjol, paling elok, dan paling hebat yang pernah engkau lihat, hanyalah pantulan dari cahaya-Nya?
Sungguh, pada matahari itu tersirat tanda-tanda keagungan, keindahan, keperkasaan, dan kehebatan penciptanya. Kita bisa membaca tanda-tanda keagungan itu di sana. Dengan itu semua kita bersimpuh dan bersujud.
Jika kita mencintai seseorang karena pemberian dan kebaikannya, karena akhlak dan sifat-sifat terpujinya, maka sungguh kita lebih patut mencintai sumber nikmat dan kemurahan itu.
Bahkan seandainya mereka telah mampu merasakan betapa nikmat cinta-Nya, maka mereka akan disibukkan perhatiannya oleh gejolak perasaan ini hingga menjadi pecinta yang menikmati asyiknya memadu kasih.
Mereka yang menjaga dan menghindarkan diri dari buaian syahwat dengan tujuan hanya mendekatkan diri pada Allah.
Wallohu A'lam Bishowab

Senin, 25 April 2011

=:: Untukmu yang sedang "Sendiri" ::=-

Wanita muslimah laksana bunga yang menawan, wanita muslimah yang sholehah bagaikan sebuah perhiasan yang tiada ternilai harganya. Begitu indah, begitu berkilau dan menentramkan…

Teramat banyak yang ingin meraih bunga tersebut…
Namun tentunya…tak sembarang orang berhak meraihnya….menghirup sarinya…. hanya yang dia yang benar-benar terpilihlah…yang dapat memetiknya…meraih pesonanya…

Dengan harga mahal yang teramat suci…
Sebuah ikatan amat indah…bernama pernikahan…

===============

Karena itu…sebelum saatmu tiba….
Janganlah engkau biarkan seorang muslimah layu sebelum masanya…
Jangan kau menjadikan serigala liar membuatnya bahan permainan dalam keisenganmu…
Jangan kau biarkan ia permainkan hatimu yang rapuh….atas nama taaruf…atas nama cinta…

Ya…atas nama cinta…
Jangan kau biarkan ia permainkan hatimu yang rapuh….
Atas nama taaruf…atas nama Cinta

Kau tau saudaraku…??
Jika seseorang jatuh cinta….maka cinta akan membungkus seluruh aliran darahnya…membekuknya dalam jari-jarinya. dan menutup semua mata…hati dan pikirannya….

Membuat seseorang lupa akan prinsipnya….
Membuat seseorang lupa akan besarnya fitnah ikhwan-akhwat…
Membuat seseorang lupa akan apa yang benar dan apa yang seharusnya ia hindarkan…
Membuat seseorang itu lupa akan apa yang telah ia pelajari sebelumnya tentang batasan-batasan pergaulan ikhwan akhwat…
Membuat seseorang menyerahkan apapun…supaya orang yang ia cintai…”bahagia” atau ridho terhadap apa yang ia lakukan…
Membuat orang tersebut lupa…bahwa….cinta mereka belum tentu akan bersatu dalam pernikahan….

Wahai saudaraku….akhi fillah…
Jangan sampai cinta menjerumuskanmu dalam lubang yang telah engkau tutup rapat sebelumnya…

Karena itu…jika engkau mulai menyadari adanya benih-benih cinta mulai tertanam lembut dalam hatimu yang rapuh…segeralah…buat sebuah benteng yang tebal…yang kokoh…

Tanam rumput beracun disekelilingnya…

Pasang semak berduri di muara-muaranya

Cinta sejati hanyalah pada Rabbul Izzati.
Cinta yang takkan bertepuk sebelah tangan.
Namun Allah tidak egois mendominasi cinta hamba-Nya.
Dia berikan kita cinta kepada anak, istri, suami, orang tua, kaum muslimin…

Cinta begitu dasyat pengaruhnya…jika engkau tau….
Karena itu…jika engkau mulai menyadari adanya benih-benih cinta mulai tertanam lembut dalam hatimu yang rapuh…segeralah…buat sebuah benteng yang tebal…yang kokoh…

Tanam rumput beracun disekelilingnya…
Pasang semak berduri di muara-muaranya….

Berlarilah menjauhinya…
Menjauhi orang yang kau cintai….
Buat jarak yang demikian lebar padanya….
Jangan kau berikan ia kesempatan untuk menjajaki hatimu…

Biarlah air mata mengalir untuk saat ini…
Karena kelak yang akan kalian temui adalah kebahagiaan…
Biarlah sakit ini untuk sementara waktu…
Biarlah luka ini mengering dengan berjalannya kehidupan…

Karena…cinta tidak lain akan membuat kalian sendiri yang menderita…
Kalian sendiri…

Saudaraku….
Tentunya sudah mengerti dan paham…
Bagaimana rasanya jika sedang jatuh cinta…
Jika dia jauh..kita merasa sakit karena rindu…
Jika ia dekat…kita merasa sakit…karena takut kehilangan….
Padahal…ia belum halal untukmu…dan mungkin tidak akan pernah menjadi yang halal…

Karena itu…jauhilah ia…
Jangan kau biarkan dia menanamkan benih-benih cinta di hatimu….dan kemudian mengusik hatimu…
Jangan kau biarkan dia mempermainkanmu dalam kisah yang bernama cinta…
Maka…bayangkanlah keadaan ini…tentang istrimu kelak…

Saudaraku…..
Sukakah engkau..??
Apabila saat ini ternyata istrimu (kelak) sedang memikirkan pria yang itu bukan engkau..???

Sukakah engkau..??
Bila ternyata istrimu (kelak) saat ini tengah mengobrol akrab…tertawa riang…becanda…
Saling menatap…
Saling menggoda…
Saling mencubit…
Saling memandang dengan sangat…
Saling menyentuh…???
Dan bahkan lebih dari itu…??
Sukakah engkau saudaraku…??

Sukakah engkau bila ternyata saat ini istrimu (kelak) sedang jalan bersama pria lain yang itu bukan engkau…??
Sukakah engkau…??
Bila saat ini istrimu (kelak) tengah berpikir dan merencanakan pertemuan berikutnya…??
Tengah disibukkan oleh rencana-rencana…apa saja yang akan ia lakukan bersama pria itu…??

Tidak cemburukah engkau temanku..??
Bila saat ini istrimu (kelak) sedang makan bareng bersama pria lain…
Istrimu (kelak) saat ini sedang digoda oleh pria-pria….
Istrimu (kelak) sedang ditelepon dengan mesra…
Istrimu (kelak) saat ini sedang curhat dengan pria… yang berkata…”aku tak bisa jika sehari tak mengobrol denganmu…”
Tidak cemburukah…?? tidak cemburukah…?? tidak cemburukaaaaahhhhhhhh……???

Tidak terasa bagaimanakah..
Jika istrimu (kelak) saat ini tengah beradu pandangan…
Bercengkrama..
Bercerita tentang masa depannya…
Dengan pria lain yang bukan engkau…???

Sukakah engkau kiranya istrimu (kelak) saat ini tidak bisa tidur karena memikirkan pria tersebut…??
Menangis untuk pria tersebut…??
Dan berkata dengan hati hancur…”aku sangat mencintamu…aku sangat mencintaimu…???”
Tidak patah hatikah engkau…???
Sukakakah engkau bila istrimu (kelak ) berkata pada pria lain..”tidak ada orang yang lebih aku cintai selain engkau…??”
Menyebut pria tersebut dalam doanya…
Memohon pada Allah supaya pria tersebut menjadi suaminya…
Dan ternyata engkaulah yang kelak akan jadi suaminya…..dan bukan pria tersebut…???

Jika engkau tidak suka akan hal itu…
Jika engkau merasa cemburu….
Maka demikian halnya dengan istrimu (kelak)…

Dan…Allah jauh lebih cemburu daripada istrimu….
Allah lebih cemburu…saudaraku…
Melihat engkau sendirian…namun pikirannmu enggan berpindah dari wanita yang telah mengusik hatimu tersebut….
Saudaraku….kalian percaya takdir bukan..?
Saudaraku….kalian percaya takdir bukan..?

Apabila dua orang telah digariskan untuk dapat hidup bersama…
Maka…
Sejauh apapun mereka…
Sebanyak apapun rintangan yang menghalangi…
Sebesar apapun beda diantara mereka…
Sekuat apapun usaha dua orang tersebut untuk menghindarkannya…

Meski mereka tidak pernah komunikasi sebelumnya…
Meski mereka sama sekali tidak pernah membayangkan sebelumnya…
Meski mereka tidak pernah saling bertegur sapa…

PASTI tetap saja mereka akan bersatu….
Seakan ada magnet yang menarik mereka…
Akan ada hal yang datang…untuk menyatukan mereka berdua….
Akan ada suatu kejadian…yang membuat mereka saling mendekat…dan akhirnya bersatu…

Namun…
Apabila dua orang telah ditetapkan untuk tidak berjodoh…
Maka…
Sebesar apapun usaha mereka untuk saling mendekat…
Sekeras apapun upaya orang disekitar mereka untuk menyatukannya…
Sekuat apapun perasaan yang ada diantara mereka berdua…
Sebanyak apapun komunikasi diantara mereka sebelumnya…
Sedekat apapun…

PASTI…akan ada hal yang membuat mereka akhirnya saling menjauh…
Ada hal yang membuat mereka saling merasa tidak cocok…
Ada hal yang membuat mereka saling menyadari bahwa memang bukan dia yang terbaik….
Ada kejadian yang menghalangi mereka untuk bersatu…
Bahkan ketika mereka mungkin telah menetapkan tanggal pernikahan…

Namun…yang perlu dicatat disini adalah…
Yakinlah…bahwa yang diberikan oleh Allah…
Yakinlah…bahwa yang digariskan oleh Allah…
Yakinlah…bahwa yang telah ditulis oleh Allah dalam KitabNya..
Adalah…yang terbaik untuk kita….
Adalah….yang paling sesuai untuk kita…
Adalah…yang paling membuat kita merasa bahagia,,,,

Karena Dialah…yang paling mengerti kita…lebih dari kita sendiri…
Dialah…yang paling menyayangi kita…
Dialah…yang paling mengetahui apa-apa yang terbaik untuk kita…
Sementara kita hanya sedikit saja mengetahuinya…dan itupun hanya berdasarkan pada persangkaan kita…

Dan….yang perlu kita catat juga adalah…

JIKA KITA TIDAK MENDAPATKAN SUATU HAL YANG KITA INGINKAN..ITU BUKAN BERARTI BAHWA KITA TIDAK PANTAS UNTUK MENDAPATKANNYA...NAMUN JUSTRU BERARTI BAHWA...KITA PANTAS MENDAPATKAN YANG LEBIH BAIK DARI HAL TERSEBUT..

KITA PANTAS MENDAPATKAN YANG LEBIH BAIK SAUDARAKU...
YANG LEBIH BAIK..

Meskipun saat ini…mata manusia kita tidak memahaminya…
Meskipun saat itu…perasaan kita memandangnya dengan sebelah mata…
Meskipun saat itu…otak kita melihatnya sebagai sesuatu yang buruk….

Tidak…jangan terburu-buru menvonis bahwa engkau telah diberikan sesuatu yang buruk….bahwa engkau tidak pantas….
Karena kelak…engkau akan menyadarinya…
Engkau akan menyadarinya perlahan…bahwa apa yang telah hilang darimu….bahwa apa yang tidak engkau Dapatkan….bukanlah yang terbaik untukmu…bukanlah yang pantas untukmu…bukanlah sesuatu yang baik ,,,,untukmu….

Karena itu…saudaraku…
Jangan mubazirkan perasaanmu…air matamu…waktumu….
Jangan kau umbar semua perasaan cintamu ketika engkau tengah menjalin proses taarufan…
Jangan kau umbar semua kekuranganmu…jangan kau ceritakan semuanya…
Jangan kau terlalu ngotot ingin dengannya…jika engkau mencintainya…
Karena belum tentu dia adalah jodohmu…
Pun jangan takut bila ternyata kalian tidak merasa cocok…
Karena Allah telah menetapkan yang terbaik untuk kalian…

Maka…memohonlah padaNya…
Mintalah padanya diberikan petunjuk…dan dijauhkan dari segala godaan yang ada…
Karena…cinta sebelum pernikahan…pada hakekatnya adalah sebuah cobaan yang berat…
Dan…percayalah…jodoh itu tidak ada kaitannya dengan banyak sedikitnya kenalan…banyak sedikitnya teman perempuan

Sama sekali tidak…
Karena jika laki-laki yang terjaga maka Allahlah yang akan mengirimkan pendamping untuknya…
Karena laki-laki yang terjaga adalah laki-laki yang banyak didamba oleh seorang akhwat sejati…
Jadi…jagalah dirimu…hatimu…kehormatanmu…sebelum saatnya tiba…

Perbanyak bekalmu…dan doamu…
Yakinlah…bahwa Allah yang akan memilihkan yang terbaik untukmu…
Amien…

Ya Allah…karuniakanlah kami seorang pasangan yang sholeh…
Yang menjaga dirinya…
Yang menjaga hatinya hanya untuk yang halal baginya…
Yang senantiasa memperbaiki dirinya…
Yang senantiasa berusaha mengikuti sunnah Rasulullah…
Yang baik akhlaknya…
Yang menerima kami apa adanya…
Yang akan membawa kami menuju Jannah Mu Ya Rabb…

Kabulkan ya Allah…
Segerakanlah…karena hati kami teramat lemah…dan cinta sebelum menikah adalah sebuah cobaan yang berat…

Semoga Menjadi Bahan Renungan,

Karya Indah ini ditulis Ulang dari www.oaseimani.comdengan modifikasi dan tambahan serta perubahan judul.

Publikasi Ulang dan beberapa perubahan ini semata mata agar bisa dibaca lebih luas lagi, dalam rangka saling mengingatkan tentang sebuah keharusan yang seharusnya kita lakukan, tentang garis garis Indah dalam Islam yang seharusnya kita taati untuk kebaikan kita semua.

Semoga menggugah dan menampar Hati kita yang Lalai,.
  • Hadis riwayat Abdullah bin Masud ra., ia berkata:
    Rasulullah saw. bersabda: Tidak ada seorang pun yang lebih menyukai pujian daripada Allah maka oleh karena itulah Dia memuji Zat-Nya sendiri. Dan tidak ada seorang pun yang lebih cemburu daripada Allah maka karena itu Allah mengharamkan perbuatan keji. (Shahih Muslim No.4955)
  • Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
    Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya Allah itu cemburu dan orang yang beriman juga cemburu. Kecemburuan Allah, yaitu jika orang mukmin melakukan apa yang diharamkan. (Shahih Muslim No.4959)

Catatan Ini adalah juga Nasihat buat diriku sendiri,
Semoga menjadi nasihat buat siapa saja yang membacanya,

Rabu, 20 April 2011

itu bukan CINTA

Jika kamu tak bisa melepaskan pandanganmu darinya itu bukan CINTA Tapi KAGUM

Jika kamu merasa betah berlama-lama dan berbagi cerita dengannya Itu bukan CINTA tapi KESEPIAN

Jika kamu bersedia mengorbankan segala hal demi menyenangkan dirinya itu bukan CINTA Tapi KEMURAHAN HATI Jika kamu menerima pernyataan cintanya hanya karena kamu tidak ingin menyakiti perasaanya itu bukan CINTA tapi KASIHAN



Jika kamu tidak bisa berhenti memegang dan merabanya itu bukan CINTA Tapi NAFSU

Jika kamu mengatakan kepadanya bahwa dialah satu-satunya hal di dunia ini yang kamu pikirkan Itu bukan CINTA Tapi GOMBAL

Jika Kamu tersenyum dikala ia bahagia dan menangis dikala ia terluka itu bukan CINTA Tapi EMPATI

cinta adalah bahasa sederhana seperti kata yang tak tersampai diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu

cinta adalah bahasa sederhana seperti isyarat yang tak sampai dikirimkan awan kepada angin yang menjadikannya hujan

CINTA adalah kematian atas egoisme dan egosentrisme menyakitkan kadang namun itulah harga yang pantas diberikan untuk sebuah CINTA

karena inti dari CINTA hakikat menCINTAi bukan merubah apa yang kita CINTAi menjadi seperti apa yang kita inginkan namun membiarkannya menjadi dirinya sendiri jika tidak kita hanya akan menemukan bayangan impian yang berusaha kita cocokkan dengan dirinya

CINTA itu sesuatu yang fitrawi Karena CINTA lah kita bisa menghirup segarnya udara dunia karena CINTA lah kita bisa menikmati indahnya pelangi namun bukan berarti Kita boleh menghalalkan segala sesuatu demi impian yang ingin kita raih demi pencapaian ambisi pribadi lantas mengatasnamakan cinta

Saudaraku Cintai lah Allah Cintailah dzat yang meminjamkan kita nafas kehidupan yang selalu dengan setia menunggu sapa cinta kita yang tak pernah berkurang kadar cintanya yang tak pernah letih mendengar keluh kesah Hambanya meski terkadang kita lupa megagungkan asma-Nya

Saudaraku jika ada segenggam CINTA yang kita miliki maka seyogyanya CINTA itu kita berikan kepada sang Kuasa Bukan menduakannya dengan mahluknya yang lemah Berikanlah sepenuhnya Cintamu kepada-Nya Dan biarkan yang Maha Adil membaginya dengan Bijaksana sandarkanlah selalu cintamu pada-Nya

Selasa, 19 April 2011

Benarkah Cintaku Tulus Karena-Nya?

Seseorang bertanya, "Apakah itu cinta karena Allah? Bukankah kita tulus mencintai seseorang apa adanya? Jika demikian adanya, kenapa kita harus membuat kriteria pasangan hidup kita?"

Maka aku pun berkata, "Cinta memang tak kan pernah terdefinisi secara sempurna lewat kata2. Hanya rasa yang mampu menyempurnakannya...Maka cinta karena Allah adalah rasa yang membuat iman kita kian tumbuh dalam jiwa dan tiap langkah kita.

Namun tidaklah iman tumbuh dengan sendirinya, tapi iman tumbuh seiring dengan pilihan2 yang kita buat. Pilihan benih yang baik akan menumbuhkan pohon iman yang baik pula.Itulah sebabnya perlu adanya kriteria/pilihan dalam memilih jodoh & sebaik2 kriteria tentunya dilihat dari keshalihannya. Maka tiada salahnya membuat kriteria kalau dengan kriteria itu kita semakin dekat dengan Allah.

Pilih yang shalihkalau dengan keshalihannya iman kita bertumbuh. Pilih yang pintar jika dengan kepintarannya, ilmu-Nya bisa tertransfer kepada kita. Pilih yang sabar jika dengan kesabarannya kita lebih kuat menghadapi ujian dalam dakwah kita. Silahkan tentukan kriteria selama dalam batas2 keshalihan.

Yang dilaknat itu bila kita memilih hanya karena fisik, harta dan
keturunannya. Coba deh baca al-hadits... Karena pilihan yang buruk itu
justru bisa menyebabkan kefuturan iman.

Pilihan keshalihan juga sebenarnya bisa memenuhi 3 kriteria tadi lho... Buat istri yang pintar ghadul bashar, suaminya jadi pria terganteng di dunia. Kalau istrinya qanaah, uang receh suami jadi harta karun. Dan buat istri yang tawadhu', suaminya adalah keturunan asli (tanpa bahan pengawet) pangeran surga. Cihuy... Jadi letakkan kriteria keshalihan sebagai kriteria utama kita"

"Terus gimana kalau jodoh yang datang pada kita adalah orang2 yang buruk akhlaknya? Penjudi, pemabuk, clubbers atau bahkan orang yang yang tak sempurna dalam menutup auratnya. Masihkah kita mampu bersabar mencintainya?" tanyanya lagi...

Aku mencoba bermuhasabah dalam jenak2 pernikahan yang baru senoktah kulalui...

Sebelum menjawab pertanyaan itu, coba kita tanyakan dalam diri kita. Apakah kita benar2 yakin dengan janji Allah dalam surah An-Nuur? Yang intinya: laki2 beriman hanya untuk wanita beriman. Ibrah surah ini bahwa jodoh yang datang pada kita adalah cerminan diri kita. So, kalau ingin dapat pria yang shalih (bukan yang bejat, VMJan ataupun bakwan/ikhwan gadungan), kita juga harus jadi wanita shalihah yang pintar2 jaim (jaga iman). Tapi belajarlah untuk selalu jadi wanita ja-im yang niatnya tulus karena Allah, bukan karena kriteria pilihan ikhwan. Maka jodoh terbaik akan datang dar-Nya. InsyaAllah dia adalah ikhwan yang shalih, seperti kita juga yang terus berusaha untuk shalihah.

Tapi, banyak juga akhwat yang salah kaprah. Ketika datang padanya pria yang buruk, sang akhwat menganggap dia jodohnya. Padahal sang pria berakhlak buruk tadi adalah salah satu ujian keimanan sang akhwat. Seperti kata seorang Ustadzah, hanya 3 ujian seorang akhwat: jodoh, karir dan keluarga.

Demikian juga para ikhwan yang banyak salah menerima wanita hanya karena kecantikannya, harta dan keturunannya saja...

Nah, jika sang akhwat tetap menerima pria itu, itu sama artinya dengan sang akhwat juga seperti pria itu. Na'udzubillahi min dzalik... Padahal jika sang akhwat bersabar, insyAllah akan digantikan Allah dengan pria yang lebih baik lagi, yang shalih dan berakhlak mulia. Yakinlah... Karena itu janji-Nya. Dan berikhtiyarlah, maka alam akan menjadi saksi ketulusan cinta kita^^

The last yang harus diingat, sebagai seorang akhwat, kita akan menjadi makmum suami ketika sudah menikah. Jadi kita harus pintar2 memilih imam. Imam yang shalih akan menghantarkan kita mengarungi samudera iman terdalam. Di sisinya, nikmat penghambaan kepada Allah akan terasa sempurna. Suami yang shalih adalah qawwam yang dengan kepemimpinannya kita merasa tenang (sakinah) saat dibimbing menuju-Nya, nyaman (mawaddah) dalam perlindungannya dan merasakan nikmat rahmat dalam syukur yang berlapis2 banyaknya.

Sebagaimana akhwat,beruntunglah ikhwan yang mendapatkan wanita shalihah, layaknya mendapatkan mutiara terindah yang selama ini tersimpan dalam palung samudera. Kenapa? Karena wanita yang shalihah tak hanya menarik akhlak dan kepribadiannya saja, namun ia juga membantu suaminya untuk taat kepada-Nya.

Tahajjud, tilawah dan mengingat-Nya bersama-sama pasangan hidup kita adalah syukur yang tak terbendung hingga menganak di sungai2 jannah-Nya. Subhanallah^^

So, mencintai karena Allah akan termanifestasi dari:
1. Kriteria pasangan hidup kita
2. Seberapa besar niat dan keyakinan kita untuk mendapatkan pangeran yang shalih
3. Seberapa besar ikhtiyar kita dalam keistiqamahan menjaga diri dan hati saat menunggu sang pangeran shalih tiba

Selamat bercinta karena-Nya^^

Mencintai dan Dicinta Karena Allah


Berbicara tentang cinta adalah berbicara tentang rasa suka, rasa tenang dan tenteram, rasa rindu dan pengharapan. Namun tidak jarang dalam hubungan dengan sesama, kita merasakan kekecewaan, kekesalan, bahkan kemarahan yang akan berakhir pada perselisihan dan perpecahan. Padahal, sejatinya cinta bersifat menguatkan, bukan menghancurkan, ia menyuburkan, bukan membunuh, ia menyembuhkan, bukan menyakiti, sehingga cinta haruslah membuat sang pencinta menjadi orang yang lebih bahagia, bersemangat dan produktif.

Ketika hubungan dua manusia tidak lagi memberikan kebahagiaan, dan tidak memberikan manfaat tidak hanya bagi keduanya, melainkan juga kepada lingkungan sekitarnya, maka perlu ditinjau kembali perasaan cinta yang melandasi keduanya. Cinta semacam itu adalah cinta yang sudah dikotori oleh hawa nafsu. Lalu bagaimanakah hakikat dari cinta sejati?

Cinta sejati adalah cinta yang dilandasi atas kecintaan seorang hamba kepada Rabbnya. Sesungguhnya cinta sejati adalah fitrah yang diberikan Allah kepada orang-orang mukmin.
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang."(QS. Maryam: 96).

Cinta sejati adalah cinta yang dibingkai oleh iman kepada Allah swt. Bahkan Rasulullah saw. telah berjanji kepada siapa saja yang mampu melaksanakan tiga perkara, ia pasti akan mereguk lezatnya iman. Rasulullah saw. bersabda:
Dari Anas bin Malik ra berkata, Nabi Muhammad saw bersabda: “Seseorang tidak akan pernah mendapatkan manisnya iman sehingga ia mencintai seseorang, tidak mencintainya kecuali karena Allah, sehingga ia dilemparkan ke dalam api lebih ia sukai daripada kembali kepada kekufuran setelah Allah selamatkan darinya dan sehingga Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selainnya.” (HR. Bukhari)

Dengan demikian, seorang mukmin tidak akan mencintai apapun dan siapapun apabila cinta itu membuatnya jauh dari kebenaran, membuatnya meninggalkan perintah Allah dan sunnah Rasul, atau bahkan membuatnya melakukan hal-hal yang dibenci Allah. Sebaliknya, cinta tumbuh bersemi karena adanya iman, amal sholeh dan akhlaq mulia, bukan berdasarkan balasan yang kita terima dari orang yang kita cintai. Cinta sejati akan bertambah ketika iman orang yang kita cintai ikut bertambah.

Cinta sejati adalah cinta yang menyandarkan harapan terbesarnya hanya kepada Allah. Cinta seperti ini membebaskan manusia dari perasaan kecewa karena sungguh, tidak akan kembali pengharapan seorang makhluk kepada makhluk yang lain melainkan ia akan kembali berupa kekecewaan. Apalah yang bisa dilakukan seorang makhluk untuk memuaskan makhluk yang lain, sedangkan untuk memuaskan dirinya sendiri saja dia tidak bisa? Hanya kepada Allah lah berpulang semua pengharapan.

Seorang peneliti dari Researchers at National Autonomous University of Mexico mengungkapkan bahwa rasa tergila-gila muncul pada awal jatuh cinta disebabkan oleh aktivasi dan pengeluaran komponen kimia spesifik di otak, berupa hormon dopamin, endorfin, feromon, oxytocin, neuropinephrine yang membuat seseorang merasa bahagia, berbunga-bunga dan berseri-seri. Seiring berjalannya waktu dan terpaan badai tanggung jawab dan dinamika kehidupan, efek hormon-hormon itu berkurang lalu menghilang. Rasa tergila-gila dan cinta pada seseorang tidak akan bertahan lebih dari empat tahun.

Karenanya, tanpa ikatan yang berdasar karena ketuhanan, rasa cinta itu bersifat sangat sementara. Mencinta dan dicinta karena Allah swt. lah yang bisa melanggengkan pasangan suami istri, yang bisa melangengkan cinta orang tua pada anaknya dan sebaliknya, yang tentu juga akan menguatkan cinta saudara seiman dan juga meningkatkan kepedulian terhadap sesama.

Mudah-mudahan kita termasuk orang-orang yang telah dijanjikan Allah naungan pada hari kiamat, ketika tidak ada lagi naungan selain naungan-Nya. Amin.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Allah berfirman pada Hari Kiamat, “Dimanakah orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku pada hari ini? Aku akan menaungi mereka dalam naungan-Ku pada hari yang tiada naungan kecuali naungan-Ku.” (HR. Muslim; Shahih).

hakikat "HUBB" karena Allah


Diriwayatkan oleh Abu Daud dari Abu Dzar berkata : Rasulullah saw bersabda,”Sebaik-baik amal adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah.”

Al Alamah Abadiy mengatakan bahwa makna “Sebaik-baik amal adalah cinta karena Allah” adalah karena-Nya bukan karena tujuan lain seperti ketertarikan dan berbuat baik. Diantara keharusan dalam mencintai karena Allah adalah mencintai para wali dan orang-orang pilihan-Nya. Dan diantara syarat kecintaan mereka adalah mengikuti jejak-jejak dan menaati mereka.
Sedangkan makna “benci karena Allah” adalah karena perkara yang pantas untuk dibenci seperti kefasikan, kezhaliman, pelaku kemaksiatan. Ibnu Ruslan mengatakan didalam “Syarh as Sunan” bahwa didalamnya terdapat dalil bahwa diwajibkan bagi seseorang memiliki musuh yang dibencinya karena Allah sebagaimana diwajibkan baginya memiliki teman-teman yang dicintai karena Allah.
Lebih jelasnya bahwa jika engkau mecintai seseorang hendaklah karena orang itu menaati Allah dan menjadi kekasih Allah. Ketika orang itu bermaksiat terhadap-Nya maka anda harus membencinya karena ia telah bermaksiat terhadap Allah dan menjadi orang yang dibenci Allah. Barangsiapa yang mencintai karena satu sebab maka sudah seharusnya dia membenci hal-hal yang bertentangan dengan sebab itu. kedua sifat ini sudah menjadi kelaziman yang tidak bisa dipisahkan satu dengan lainnya dan dia mejadi tuntutan didalam mencintai dan membenci didalam kebiasaannya. (Aunul Ma’bud juz XII hal 248)
Tidak disangsikan bahwa kecintaan seseorang kepada orang lain karena Allah swt adalah buah dari kecintaan dirinya kepada Allah swt. Karena seseorang yang mencintai Allah swt diharuskan pula untuk mencintai orang-orang yang mencintai Allah dan mereka dicintai oleh-Nya.
Ketika seseorang mencintai saudaranya karena Allah maka ia akan tetap mencintainya selama Allah mencintai orang itu dikarenakaan amal-amal shalehnya sebaliknya ketika Allah membencinya dikarenakan maksiat-maksiatnya maka dia pun akan membenci orang itu. Kecintaannya bukanlah karena hal-hal duniawi, seperti : harta, jabatan, kedudukan, nasab atau sejenisnya.
Berbahagialah seseorang yang mampu melakukan hal ini karena ia menjadi bukti benarnya keimanan dan keislamannya. Imam Malik mengatakan bahwa kecintaan karena Allah swt adalah diantara kewajiban keislaman seseorang.
Imam Bukhori dan Muslim meriwayatkan dari Anas dari Nabi saw, dia berkata, "Tiga perkara jika itu ada pada seseorang maka ia akan merasakan manisnya iman; orang yang mana Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada selain keduanya, mencintai seseorang yang ia tidak mencintainya kecuali karena Allah, dan benci untuk kembali kepada kekafiran setelah Allah menyelamatkannya dari kekafiran tersebut sebagaimana ia benci untuk masuk neraka."
Para ulama mengatakan bahwa makna dari “manisnya iman” adalah merasakan kelezatan didalam ketaatan dan mengemban beban-beban didalam mendapatkan ridho Allah dan Rasul-Nya saw dan lebih mendahulukan keredhoan tersebut daripada perhiasan-perhiasan dunia.

Minggu, 17 April 2011

cINtA

Cinta adalah rahmat dari-Nya.. Karena dengan cintalah... Seorang Ibu merelakan jiwanya demi untuk kelahiran buah hatinya... Karena dengan cintalah... Seorang ayah, merelakan dirinya berusaha sekuat tenaga demi mencari nafkah untuk anggota keluarganya.
..

Karena dengan cintalah...
Shalahuddin Al Ayyubi tidak dapat tertawa sebelum mesjid Al - Aqsha dapat dibebaskan untuk menebus cintanya kepada Rabbul Izzati...

Karena dengan cintalah...
Para mujahid dan mujahidah rela mengorbankan harta, jiwa dan raganya untuk dapat mendapat cinta dari Yang Maha Mempunyai Cinta...

Allah...

Ya...

Dia-lah Allah sang Ar Rahman...

Dengan cinta-Nya bumi, langit dan planet melaju dalam alur yang harmonis...

Dengan cinta-Nya angin masih menyapa tetumbuhan dan rerumputan..

Dengan cinta-Nya cahya mentari masih menerpa hangat tubuh kita..

Kepada Allah-lah muara cinta yang Hakiki...

ya robbul izzati,,,
cintakanlah hamba pada seorang yang mencintai karena engkau
yang mencitai bukan hanya karena kelebihanku,tapi juga karena kekuranganku

Jumat, 15 April 2011

Jangan Bilang Cinta

Ya, jangan bilang cinta kalo kita masih setengah hati mencintai. Jangan pernah ucapkan kata cinta jika kita masih tak bisa memberikan pengorbanan terbesar dalam hidup kita demi yang kita cintai. Jangan sampe keluar kata cinta jika kita tak berani membela yang kita cintai. Sebab, cinta bukan hanya ucapan yang manis di bibir, bukan kata yang kedengarannya indah di telinga, dan bukan pula tulisan yang membuat kita merasa bahagia. Bukan hanya itu. Karena cinta harus diwujudkan dalam perilaku. �Kalimah sakti� itu harus tercermin dalam perbuatan dan pikiran. Sekali berani bilang cinta, maka seharusnya kita akan berani berkorban, berani membela, berani bertanggung jawab terhadap apa yang kita cintai.
Sobat muda muslim, tolong jangan menggombal atas nama cinta. Jangan pula pura-pura jadi orang yang penuh cinta dengan menipu diri karena sejatinya kita belum sepenuhnya mencintai apa yang kita cintai. Cinta itu bukan main-main, cinta adalah wujud dari keseriusan kita bahwa kita akan berusaha melakukan apa saja demi yang kita cintai. Kalo kita mengecewakan yang kita cintai, tentunya cinta kita palsu. Kalo kita mengkhianati apa yang kita cintai, tentunya bukan cinta sejati. Sebab, jika benar-benar cinta kepada apa yang kita cintai, kita nggak bakalan mengecewakan apalagi mengkhianatinya. Tul nggak sih?
Jangan bilang cinta kepada Allah, jika�
Jika kita masih melanggar aturanNya. Sungguh sangat aneh jika kita berani mengatakan cinta kepada Allah, sementara kita doyan alias hobi banget menolak perintahNya, sementara laranganNya malah kita lakukan. Pastinya ada yang error alias tulalit kalo kita bilang: �Aku cinta kepada Allah Swt.�, tapi dalam kelakuan kita nggak mencerminkan kecintaan kita kepadaNya.
Misalnya nih, meski sholat rajin dan puasa rajin, tapi perintah Allah Swt. yang lainnya seperti menutup aurat kalo keluar rumah nggak kita lakukan. Anak cewek yang tertutup rapat dengan kain mukena ketika sholat, seharusnya menutup rapat auratnya pula ketika keluar rumah. Seringnya kan nggak ya. Rapi pada saat sholat, begitu keluar rumah malah tampil mengumbar aurat. Ke sekolah nggak pake kerudung dan pakaian jilbab (pakaian terusan�buat anak SMA sebenarnya bisa disambung pakaian atas putih dan bawah abu-abu). Sebaliknya, malah pake rok. Meski rok itu menutupi lutut, tapi kan nggak disebut pakaian muslimah. Padahal, Allah memerintahkan lho untuk mengenakan busana muslimah buat wanita, sebagaimana dalam firmanNya: �Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: �Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka�.. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang.�(QS al-Ahzab [33]: 59)
Yup, kita coba ngasih penjelasan. Begini sobat, jilbab bermakna milh�fah (baju kurung atau semacam abaya yang longgar dan tidak tipis), kain (kis�) apa saja yang dapat menutupi, atau pakaian (tsawb) yang dapat menutupi seluruh bagian tubuh. Di dalam kamus al-Muh�th dinyatakan demikian: Jilbab itu laksana sird�b (terowongan) atau sinm�r (lorong), yakni baju atau pakaian yang longgar bagi wanita selain baju kurung atau kain apa saja yang dapat menutupi pakaian kesehariannya seperti halnya baju kurung.
Nah, kalo mau pengen tahu penjelasan tambahannya, ada juga keterangan dalam kamus ash-Shahh�h, al-Jawh�r� menyatakan: Jilbab adalah kain panjang dan longgar (milh�fah) yang sering disebut mul�ah (baju kurung).
Nah, kapan mengenakan jilbab? Yang pasti kalo seorang muslimah pergi keluar rumah. Atau kalo pun di dalam rumah, saat ada tamu asing (bukan mahrom�tentu laki-laki). Sebab memang tujuannya juga adalah untuk menutup auratnya. Oya, untuk bisa disebut mengenakan busana muslimah, maka seorang muslimah harus mengenakan jilbab lengkap dengan kerudungnya. Begitu deh, secara singkatnya.
Bagi anak laki juga sama. Kalo keluar rumah atau kalo di dalam rumah tapi ada wanita bukan mahrom nggak boleh tuh dipamerin dengkulmu dan udelmu. Karena aurat laki-laki tuh dari pusar sampe lutut. Wah, kayaknya udah pada paham deh. Soalnya nih pernah kita pelajari waktu SD dulu. Tul nggak? Ini sekadar ngingetin aja, gitu lho.
Oya, itu baru kita bahas kewajiban menutup aurat, sementara kewajiban yang dibebankan oleh Allah kepada kita banyak banget. Sebut saja tentang sholat, puasa, zakat, pengaturan kehidupan sosial, ekonomi, pendidikan, budaya, politik, hukum, sampe pemerintahan. Itu baru pokok-pokoknya, belum cabangnya dari situ. Wah, kalo ditulis bisa ngabisin jatah halaman di buletin ini. But, intinya nih, jangan bilang cinta kepada Allah kalo kita doyan menolak kewajiban yang diperintahkanNya, malah berani mengamalkan apa yang diharamkanNya.
Jangan bilang cinta kepada Rasulullah saw….
Jika kita masih melanggar aturan yang ditetapkan Rasulullah saw. Sebab, apa yang disampaikan oleh Rasulullah saw. sejatinya adalah wahyu dari Allah Swt. Ditegaskan oleh Allah Swt. dalam firmanNya: �…kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru. Dan tiadalah yang diucapkannya itu (al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).� (QS an-Najm [53]: 2-4)
Kalo kita masih mengumbar hawa nafsu dengan melakukan aktivitas pacaran, berarti selain melanggar aturan Allah Swt., juga melanggar aturan Rasulullah saw. Dan, tentu aja itu nggak mencintai Allah Swt. dan RasulNya. Allah menjelaskan larangan mendekati zina (lihat QS al-Isra ayat 32). Nah, hadis Nabi juga ada. Beliau saw. bersabda: �Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah tidak melakukan khalwat dengan seorang wanita yang tidak disertai mahromnya. Karena sesungguhnya yang ketiga adalah syaitan.� (HR Ahmad)
Sobat, jangan bilang cinta kepada Rasulullah saw., kalo kita nggak tersinggung ketika ada pihak-pihak yang dengan sengaja melecehkan Rasulullah saw. Aneh banget kan kalo kita ngakunya cinta mati sama Rasulullah saw., tapi kita nggak marah ketika ada orang yang menjelekkan Rasulullah saw.
Seperti kasus pelcehan terhadap Rasulullah saw. yang dilakukan media-media Eropa dalam bentuk kartun yang salah satunya menggambarkan bahwa Muhammad saw. sumber inspirasi kekerasan. Gambarnya adalah sosok lelaki dengan tampang garang dan sorbannya berbentuk bom. Ditulisin di situ dengan jelas dalam bahasa Arab kalimat Muhammad saw. Waduh, kaum Muslimin marah dengan protes baik secara lisan maupun tulisan justru wajar. Karena cintanya kepada Rasulullah saw. Yang parah tuh kalo kita diem aja, terus pura-pura bijak dengan mengatakan bahwa kartun itu sebagai bentuk evaluasi buat umat Islam.
Nggak marah apalagi protes. Aneh banget kan? Macam mana pula tuh orang? Ngakunya sih Muslim. Tokoh intelektual pula di di negeri ini. Sadar Pak!
Jangan bilang cinta kepada Rasulullah saw. jika hanya mengambil sebagian ajarannya dan meninggalkan sebagian besar ajarannya yang lain. Kalo kita cinta kepada Rasulullah saw. berarti harus mengambil seluruh yang dibawanya. Bukan dipilih-pilih sesuai kehendak hawa nafsu kita. Karena Allah Swt. memerintahkan kita untuk mengikuti apa yang dibawa oleh Rasulullah saw. sebagaimana firmanNya:�Apa yang datang (diajarkan) Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah.� (QS al-Haysr [59]: 7)
Oke, boleh bilang cinta kepada Rasulullah saw., asalkan kita berani pula untuk menaati segala perintahnya dan meninggalkan segala larangannya. Bohong besar banget kalo kita ngaku-ngaku cinta sama Rasulullah saw. tapi nggak pernah melaksanakan tuntunan ajarannya. Betul ndak?
Jangan bilang cinta sama ortu…
Jika kita masih suka melawannya, mencelanya, merendahkannya, dan bahkan menghinanya. Bohong banget kalo kita ngaku-ngaku cinta sama ortu kita, tapi setiap ortu minta tolong untuk kebaikan kita malah menolaknya. Percuma bilang cinta sama ortu, tapi kalo diingetin untuk kebaikan dan kebenaran kita malah menghardiknya. Anak macam apa itu?
Buktikan kecintaan kita kepada ortu kita adalah dengan berbakti kepadanya. Menghormati mereka, menghargai mereka, menolong mereka, dan membuat mereka bahagia dengan adanya kita. Keberadaan kita yang udah dilahirkan ini bukan menjadi beban mereka. Kasihan ibu kita, sejak mengandung kita, melahirkan kita, merawat dan membesarkan kita, ia tak pernah mengeluh. Ayah kita juga sama. Mencari nafkah dengan semangat untuk keluarganya.
Cinta mereka sepenuh hati buat kita. Sudah terbukti kok. Karena sampe sekarang aja, meski kita bandel, ibu dan ayah kita tetap mendoakan agar kita mendapat petunjuk sambil terus membimbing kita (meski kadang menurut kita terlihat seperti orang yang cerewet). Tuh, gimana nggak penuh cinta. Jadi, kitanya sendiri nih yang kudu membuktikan bahwa kita cinta kepada ibu dan ayah kita dengan cara berbakti kepadanya. Itu sebabnya, jangan bilang cinta kalo kita tak menghargainya, tak berbakti kepada mereka. Oke?
Jangan bilang cinta kepada kaum Muslimin…
Jika kita nggak mau bekerjasama saling mengingatkan dalam kebenaran dan saling membantu jika di antara kita mengalami kesusahan. Bohong banget ngaku-ngaku cinta kepada sesama kaum Muslimin, tapi ketika ada saudara seakidah kita minta tolong malah dicuekkin. Apalagi sesama aktivis dakwah, mentang-mentang beda kelompok dakwah, lalu nggak mau menolong jika beda kelompok dakwah. Lebih parah lagi jika para aktivis dakwah itu masih sodara kandung. Karena kakaknya beda kelompok dakwah dengan adiknya, lalu ketika mereka membutuhkan pertolongan malah disuruh minta ke temen-temen dari kelompok dakwah masing-masing. Yee.. mana ukhuwahmu? Bohong banget ngaku-ngaku cinta sesama Muslim tapi dengan sesama kaum Muslimin sendiri nggak mau menolong hanya karena yang akan ditolong beda kelompok dakwah. Kalo gitu caranya, jangan bilang cinta kepada kaum Muslimin. Sadar ye akhi wa ukhti…
Jangan bilang cinta kepada diri sendiri…
Jika kita senang menjerumuskan diri dalam bahaya dan kerusakan. Bohong banget bilang cinta ama diri sendiri, tapi setiap hari kita nenggak minuman keras, sering juga mengkonsumsi narkoba, tubuh kita dipenuhi tattoo. Bahkan banyak di antara kita yang mengumbar auratnya dan dipajang di sampul majalah porno atau joget-joget kayak cacing kepanasan mempertontonkan keindahan tubuhnya di layar televisi (termasuk mereka yang menjerumuskan tubuh-tubuh mereka dalam perzinahan).
Menurut saya, mereka adalah orang-orang yang nggak cinta pada dirinya sendiri. Kalo dipikir-pikir, memang sih tubuh kita ya tanggung jawab kita sepenuhnya. Mau diapakan saja terserah kita. Wong, itu tubuh kita. But, kita kudu ingat sobat. Bahwa tubuh kita bukan milik kita. Tubuh kita sejatinya milik Allah Swt. Jadi, tuh tubuh kudu kita pelihara dan dijaga sesuai aturan dari yang menciptakan kita, yakni Allah Swt.
Itu sebabnya, ada larangan bunuh diri, larangan mengkonsumsi narkoba, larangan mentato badan, larangan mempertontonkan aurat di muka umum dll. Iya kan?
Oke deh, moga renungan sederhana ini bisa ngingetin kita untuk mengevaluasi kehidupan kita: Apa benar kita udah cinta banget sama Allah, RasulNya, ortu kita, kaum Muslimin, dan cinta kepada diri kita sendiri jika kita masih berperilaku yang justru menggambarkan bentuk pengkhianatan terhadap cinta yang kita ikrarkan?
Semoga kita menjadi orang-orang yang benar-benar mencintai Allah Swt., RasulNya, ortu kita, kaum Muslimin, dan diri kita sendiri. Nah, itu harus dibuktikan dalam pikiran dan perbuatan sesuai tuntunan ajaran Islam. Oke? Semangat!

Biarlah Ku Kembalikan Cinta ini Pada-NYA. (aku akan tetap pergi, bidadariku)

“Di Sini Kita pernah bertemu, mencari warna seindah pelangi, ketika kau mengulurkan tanganmu, membawaku ke daerah yang baru, dan hidupku kini ceria….”
( Untukmu Teman-Brothers)
Matanya berkaca-kaca ketika laki-laki itu selesai membaca dan merenungi isi mushaf di tangannya shubuh itu. Dulu sekali laki-laki itu telah pernah berharap pada seorang perempuan yang dia yakin perempuan itu sangat mencintai dan menyayanginya, ada kilasan-kilasan di hatinya yang mengatakan bahwa mungkin dialah sosok yang selama ini dicari…dialah sosok yang tepat untuk mengisi hari harinya kelak dalam bingkai pernikahan.
Berawal dari sebuah pertemuan dan terjalinlah persahabatan. Berdiskusi tentang segala hal, terutama masalah masa depan ummat islam. Berjalan seiring dalam tugas yang sama membina ummat. Laki-laki itu sedang berproses menjadi da’i, ya da’i muda yang di kenal di kota itu. Dan perempuan itu seorang aktivis muslimah yang juga berkarier sana sebagai seorang Pegawai Negeri Sipil. Perempuan adalah aktivis muda yang enerjik, cerdas dan tentunya cantik, tidaklah heran jika menjadi perbincangan kaum adam. Laki-laki dan perempuan itu bersahabat, erat bahkan sangat akrab, mereka sepasang sejoli yang mempunyai minat yang sama, cita-cita besar yang sama dan lahan garapan dakwah yang sama. Sehingga kedekatan itu membawa semangat laki-laki itu itu untuk terus menggali potensi dirinya sebagai penyeru agama Allah ini. Kedekatan itu berlanjut menjadi kedekatan yang intens, berbagi cerita, curahan hati, saling meminta saran, saling bertelepon dan bersms, yang akhirnya segala kehadirannya menjadikan suatu kebutuhan. Kesemuanya itu mengatasnamakan persahabatan.
“Pertemuan kita disuatu hari, menitikan ukhuwah yang sejati, bersyukur kehadirat ilahi diatas jalinan yang suci….”
(Doa Perpisahan-Brothers)
Sesungguhnya di hati masing-masing telah tergores sebuah rasa. Ya …..rasa Cinta yang begitu dalam. Laki-laki itu begitu sering ke tempat kost sahabatnya ini, tentunya seizin ibu kost yang juga merupakan ibu angkat dari sahabatnya ini. Dan kembali mereka saling curhat dan berbagi cerita. Ada gelak tawa dan canda di sana. Dan perempuan itu tampak begitu “cinta” kepada sang laki-laki itu, tampak dengan jelas perempuan itu sering mengunjungi tempat kerja bahkan rumah sang laki-laki. Perempun itu sangat baik bahkan terlalu baik bagi laki-laki itu. Ia sering memberi bahkan di saat tidak di pinta sekalipun. Dan selalu siap kapan saja sang laki-laki itu membutuhkan kehadirannya. Mereka memang berdua dan selalu berdua, Bersama anak-anak didik mereka. Mereka terus berdua dan tetap dalam kata persahabatan. Mereka berdua menyimpan “rasa” itu, mereka saling menyimpan rahasia hati mereka masing-masing, mereka berdua baru bisa memperlihatkan pada aktivitas memberi dan menerima. Sedangkan rasa itu tetap terpendam di lubuk yang paling dalam dihati mereka masing-masing. Mereka memahami “rasa” itu tidak boleh terungkap karena takut terjebak dalam hubungan yang tidak dihalalkan syariat. Mereka memahami itu dan memegang kokoh nilai-nilai ini. Dan rasa itu memang hanya ada di hati mereka masing-masing. Hanya Allah dan mereka sendiri yang tahu kalau mereka saling mencintai.
“Mengapakah Kita di temukan dan akhirnya di pisahkan, mungkinkah menguji kesetiaan, kejujuran dan kemanisan iman, Tuhan berikan daku kekuatan…..”
(Untukmu Teman-Brothers)
Sampai suatu hari, laki-laki itu berat hati meninggalkan kota itu meninggalkan kota kelahirannya itu. Mungkin ini merupakan doa�nya yang di kabulkan Tuhan, dimana ketika di sebuah sore dengan kondisi hujan yang sangat lebat, seakan-akan langit menumpahkan seluruh airnya. Diatas sebuah sepeda dan dalam keadaan basah kuyup ia memenuhi janji bertemu dengan perempuan sahabatnya itu. Dan ketika itu ia berdoa sambil berurai air mata ” Ya ALLAH jika sahabatku ini adalah jodoh hamba segerakan pernikahan hamba dengannya dan permudah urusan pernikahan itu, tetapi jika bukan jodoh hamba ya Allah, bawalah hamba pergi jauh dari kota ini”.
“Namun kini perpisahan yang terjadi, dugaan yang menimpa diri, bersabarlah diatas suratan, kutetap pergi jua…..”
(Doa Perpisahan-Broters)
Di halaman rumahnya. Di saksikan kedua orang tua dan adik-adiknya serta sahabatnya dia mengucap pamit untuk berlayar ke negeri seberang. Dari awal sampainya laki-laki itu di tempat tujuan, mereka masih saling berkomunikasi, sang perempuan begitu memperhatikan keadaan laki-laki itu, ia menanyakan dimana tinggal dan bagaimana keaadan diri sang sahabat, dan begitulah cinta, ada perhatian dan kasih sayang. Namun sayang semuanya masih terpendam. Terpendam di hati yang sangat dalam. Dari sms dan telpon terlihat jika perempuan itu masih berharap dan menunggu laki-laki itu kembali ke kotanya. Perempuan itu tetap curhat dan berbagi cerita tentang kondisi di kota kelahiran laki-laki itu. Ia bercerita bahwa ia belum bisa menemukan sosok partner kerja seikhlas laki-laki sahabatnya itu, dan terkadang sebuah harapan agar laki-laki sahabatnya itu cepat kembali. Dan sungguh, baik laki-laki dan perempuan itu tidak pernah lagi membuka hatinya untuk yang lain.
” Kini dengarkanlah, dendangan lagu tanda ingatanku, kepadamu teman, agar ikatan ukhuwah kan bersimpul padu, kenangan bersamamu, tak akan kulupa walau badai melanda, walau bercerai jasad dan nyawa…”
(Untukmu Teman-Brothers)
Laki-laki itu menyadari kalau sebenarnya kepergiannya itu adalah sebuah doanya yang terkabul. Tetapi hatinya goyah ingin kembali dan menyatakan isi hatinya pada perempuan itu, ia ingin meminang sang bidadari. Dia ingin bidadari itu menjadi kekasihnya seumur hidup. Tapi….begitu berat juga hati agar tidak kembali, dia teringat teman-teman aktivis yang lain begitu memuji sahabat perempuannya ini, begitu banyak teman-temannya berharap dapat mempersunting sang sahabat perempuannya ini….Air matanya jatuh perlahan dalam sujud panjangnya dikegelapan malam… Dia berjanji untuk melupakan semua kenangan di kota kelahirannya. Dia tidak ingin mengisi hari- harinya dengan kesia-siaan.
“Lalu bagaimana dengan harapan perempuan terhadap sahabat laki-lakinya ini?
Hingga suatu ketika di malam sepuluh terakhir ramadhan setahun yang lalu laki-laki itu mendapat sms yang begitu memilukan hatinya “Abang, Sungguh, adek berharap bisa menjadi bidadari yang mendampingi hidup abang, apapun adanya abang”. Ohhh…..Tuhan, mengapa ini terjadi di saat aku berusaha melupakan cintaku pada perempuan sahabatnya. Kembali air mata membasahi sajadah di sholat malamnya…..mengadu kepada sang pemilik cinta untuk menuntaskan gejolak hati ini. Hingga suatu hari……
Laki-laki itu mendapat tawaran menikah dari seorang yang tidak pernah di kenal sebelumnya hanya karena dia sering menulis artikel di www.myquran.com, begitu berat ia mau menerimanya sedangkan orang yang belum di kenalnya menunggu jawabannya. Dan akhirnya melalui ustadznya proses ta’aruf, khitbah dan menikah begitu mudah, lancar dan tidak ada satupun hambatan. Dan itulah JODOH, yang tidak dapat di pungkiri kebenarannya. Allah yang memberikan keputusan ini dan berakhirlah drama hati dua sejoli itu. Sepasang sahabat yang memendam cintanya demi sebuah syariat yang sangat mereka junjung tinggi.
Tuhan, Aku tidak akan menyalahkan siapa-siapa, yang salah hanyalah persepsi dan harapan yang terlalu berlebihan dari kedekatan itu, dan proses interaksi yang terlalu dekat sehingga timbul gejolak dihati…. Biarlah hal itu menjadi proses pembelajaran dan pendewasaan bagiku untuk lebih hati-hati dalam menata hati,” gumamnya pada suatu waktu. Dan begitu juga harapannya pada perempuan sahabatnya, agar bisa menerima keputusan dari ALLAH ini.
Dunia laki-laki itu kini adalah dunia penuh cinta dengan warna-warna jingga, tawa-tawa pelangi, pijar bintang dimata istrinya yang menjadi pendamping hidupnya kini…Sebuh cinta yang suci dialiri ketulusan yang dianugrahkan ALLAH kepadanya…sebuah cinta yang tidak pernah kenal surut dan batas, dan yang paling kekal adalah cintanya pada Illahi yang selalu mengisi relung-relung hati..tempatnya bermunajat disaat suka dan duka… Indahnya hidup dikelilingi dengan cinta yang pasti.
Adakalanya ia ingat pada sahabatnya. Apakah sahabatnya ini akan memakinya, tidak, laki-laki ini yakin sahabatnya tidak demikian, bukankah mereka tidak pernah saling menucap cinta, mereka tidak pernah berikrar untuk saling menyayangi sebagai kekasih, Sehingga…. saat bayangan sahabatnya itu pun hilang begitu saja…dan masih adakah setangkup harapan agar dia kembali? Laki-laki itu yakin Allahlah yang memiliki taqdir itu, walaupun terlalu banyak kebaikan sang sahabat …akan ada seribu kata terima kasih untuknya demikian juga jika ada kata-katanya yang menyakitkan hati…. akan selalu ada beribu kata maaf untuknya….” Sahabatku, Jangan Kau Nanti lagi kehadiranku, bukan berarti aku tidak mencintaimu, sungguh aku sangat mencintaimu walaupun tidak pernah ku ungkapkan langsung padamu, biarkanlah ALLAH menjalankan skenarionya, dan kita hanya menjalankan skenario dari-Nya itu, maafkan aku yang mungkin telah membuat dirimu menaruh harap, walau tidak pernah terucap dibibirku, karena kau memang sahabat sejatiku, teman berbagi cerita, selamat berpisah, doakan aku sahabat agar tetap istiqomah di jalan-Nya, dan aku akan selalu mengenangmu” Desah Laki-laki itu
“Jikapun suatu saat nanti ternyata kita tetap di pertemukan dalam cinta kasih yang suci, jangan dipikirkan semua itu, semuanya Hak Allah, biarkan Dia saja yang mengaturnya, jangan kau tutup pintu hati untuk yang lain, terima pinangan lelaki yang shalih dan jangan sekali-kali kau menolaknya karena kau akan mendapat fitnah karenanya demikian sebagaimana yang dikatakan Nabi 14 abad yang lalu. Jangan mengorbankan diri pada hal yang sia-sia sahabatku” Demikian tulinya di Diari.
“Mungkinkah telah terlupa, Tuhan ada janjinya, bertemu dan perisah adalah Rahmat dan KasihNya, andai ini ujian terangilah, kamar kesabaran, pergilah gulita..Hadirlah cahaya……”
(Untukmu Teman-Broters)
Masih ada sejuta asa dan makna, yang akan tetap bercahaya, sahabat
“Lalu… bagaimana dengan cinta kita yang dulu pernah ada?
Laki-laki itu berkata ” Biarkan cinta ini kukembalikan kepada pemilik-Nya. Dan tiadalah berdosa mencintai karena ini fitrah sebagai manusia, Sahabatku, di saat yang tepat nanti ALLAH telah menyiapkan pengeran cinta untukmu dan tentunya yang terbaik, biarlah airmata ini mengiringi doa perpisahan kita….Teruskan Perjuangan…..ALLAHU AKBAR!!
“Teman…….betapa pilunya hati ini, menghadapi perpisahan ini, pahit manis perjuangan telah kita rasa bersama, semoga ALLAH meridhai persahabatan dan perpisahan ini….teruskan perjuangan….”
(Doa Perpisahan-Broters)
“Kan Kuutus salam ingatanku dalam doa kudusku sepanjang waktu, ya ALLAH, bntulah hambamu, snyuman yang tersirat dibibirmu, menjadi ingatan setiap waktu, tanda kemesraan yang bersimpul padu kenangku di dalam doamu, semoga ALLAH berkatimu…..”
(Doa Perpisahan-Broters)
Pesan Penulis :
” Sebuah Coretan Hati buat mereka yang pernah mengalami hal yang sama, semoga tulisan ini menjadi pengingat kita, terkadang persahabatan yang tidak di landasi syariat akan berbuah hubungan yang tidak di halalkan oleh syari’at, buat seorang sahabat yang pernah menjadi partner sejati dalam perjuangan dakwahku, teruskan perjuangan, jangan mengeluh dan temukan lagi sahabat baru yang lebih hebat, semoga sebuah tulisan “Aku kan tetap Pergi, Bidadari” di komputerku telah antum temukan dan dapat mengambil manfaat dari tausyiahku di sana “
from:
Ahmad Muhammad Haddad Assyarkhan (Adi Supriadi)

Rabu, 13 April 2011

Ilaahi,perkenankanlah aku mencintaiMu semampuku..~



Rabbi,

Aku masih ingat, saat pertama dulu aku belajar mencintai-Mu…
Lembar demi lembar kitab ku pelajari…
Untai demi untai kata para ustaz ku resapi…
Tentang cinta para nabi.
Tentang kasih para sahabat.
Tentang mahabbah para sufi.
Tentang kerinduan para syuhada.
Lalu kutanam di jiwa dalam-dalam.
Ku tumbuhkan dalam mimpi-mimpi dan idealisme yang mengawang di awan…

Tapi Ya Rabbi,

Berbilang detik, menit, jam, hari, bulan dan kemudian tahun berlalu…
Aku berusaha mencintai-Mu dengan cinta yang paling utama,
tapi… Aku masih juga tak menemukan cinta tertinggi untuk-Mu…
Aku makin merasakan gelisahku membadai…
Dalam cita yang mengawang.
Sedang kakiku mengambang, tiada menjejak bumi…
Hingga aku terhempas dalam jurang Dan kegelapan…

Wahai Ilahi,

Kemudian berbilang detik, menit, jam, hari, bulan dan tahun berlalu…
Aku mencoba merangkak, menggapai permukaan bumi dan menegakkan jiwaku kembali.
Menatap, memohon dan menghiba-Mu…

Allahu Rahiim,

Ilaahi Rabbii, Perkenankanlah aku mencintai-Mu, Semampuku

Allahu Rahmaan,

Ilaahi Rabii Perkenankanlah aku mencintai-Mu Sebisaku Dengan segala kelemahanku.

Ya Ilaahi,

Aku tak sanggup mencintaiMu Dengan kesabaran menanggung derita
Umpama Nabi Ayyub, Musa, Isa hingga Al Musthafa.
Karena itu izinkan aku mencintai-Mu
Melalui keluh kesah pengaduanku pada-Mu
Atas derita batin dan jasadku Atas sakit dan ketakutanku.

Ya Rabbii,

Aku tak sanggup mencintai-Mu seperti Abu Bakar,
yang menyedekahkan seluruh hartanya dan hanya meninggalkan Engkau dan Rasul-Mu bagi diri dan keluarga.
Atau layaknya Umar yang menyerahkan separuh harta demi jihad.
Atau Uthsman yang menyerahkan 1000 ekor kuda untuk syiarkan dinMu.
Izinkan aku mencintai-Mu, melalui recehan-dua yang terulur pada tangan-tangan kecil di perempatan jalan,
pada wanita-wanita tua yang menadahkan tangan di tepi jambatan.
Pada makanan–makanan sederhana yang terkirim ke handai taulan.

Ya Ilaahi,

Aku tak sanggup mencintai-Mu
Dengan khusyuknya solat salah seorang shahabat Nabi-Mu hingga tiada terasa anak panah musuh menujah di kakinya. Karena itu Ya Allah,
perkenankanlah aku tertatih menggapai cinta-Mu, dalam solat yang cuba ku dirikan terbata-bata,
meski ingatan kadang melayang ke berbagai permasalahan dunia.

Ya Rabbii,

Aku tak dapat beribadah ala para sufi dan rahib,
yang membaktikan seluruh malamnya untuk bercinta dengan-Mu.
Maka izinkanlah aku untuk mencintaimu dalam satu-dua rakaat lailku.
Dalam satu dua sunnah nafilah-Mu.
Dalam desah nafas kepasrahan tidurku.

Yaa Maha Rahmaan,

Aku tak sanggup mencintai-Mu bagai para al hafidz dan hafidzah,
yang menuntaskan kalam-Mu dalam satu putaran malam.
Perkenankanlah aku mencintai-Mu, melalui selembar dua lembar tilawah harianku.
Lewat lantunan seayat dua ayat hafalanku.

Ya Maha Rahiim,

Aku tak sanggup mencintai-Mu seperti Sumayyah,
yang mempersembahkan jiwa demi tegaknya Din-Mu.
Seandainya para syuhada, yang menjual dirinya dalam jihadnya bagi-Mu.
Maka perkenankanlah aku mencintai-Mu dengan mempersembahkan sedikit bakti dan pengorbanan untuk dakwah-Mu. Maka izinkanlah aku mencintai-Mu dengan sedikit pengajaran bagi tumbuhnya generasi baru.

Allahu Kariim,

Aku tak sanggup mencintai-Mu di atas segalanya,
bagai Ibrahim yang rela tinggalkan putra dan zaujahnya, dan patuh mengorbankan pemuda biji matanya.
Maka izinkanlah aku mencintai-Mu di dalam segalanya.
Izinkan aku mencintai-Mu dengan mencintai keluargaku,
dengan mencintai sahabat-sahabatku,
dengan mencintai manusia dan alam semesta.

Allaahu Rahmaanurrahiim,

Ilaahi Rabbii Perkenankanlah aku mencintai-Mu semampuku.

Agar cinta itu mengalun dalam jiwa.

...Memandang Cinta Dari Cermin Hati.. .

Bismillahir-Rahmanir-Rahim:

Ketika hati mendapatkan kedamaian dengan yang dicintai,

Mana mungkin ia menghendaki lainnya?

Sekali bunga teratai dibelai kehangatan matahari,

Akankah ia menginginkan rembulan?

Ketika jiwa dahaga akan seteguk air jernih, tak ada gunanya gula.


Tempat Cinta adalah hati, dan hati adalah emas murni.

Keagungan ilahiah menggosoknya dengan menatapnya,

Menjadikan terang dan murni.

Jejak-jejak cahaya keindahan Cinta tiada terperi muncul dalam cermin

keshalehan hati.

Cinta manusiawi hidup melalui Cinta Ilahi ...


Ketika engkau mencintai wanita , genggamlah hatinya karena ia adalah "kunci emas" kasih sayang Ilahi yang dapat menahan derasnya hujan-badai, panas -teriknya mentari, dan silau emas -permata.


Ketika engkau membelai rambutnya yang berkilau, berbahagialah sebab cinta telah menyegarkan dirimu dengan keharuman surga.


Ketika engkau menggenggam tangannya dengan genggaman kasihmu , maka rasakanlah kelembutan jemari-jemari Ilahi yang telah memayungi hatimu dari keresahan dengan senandung kedamaian.


Ketika engkau mendengar suaranya yang teduh menenteramkan bathinmu , berbahagialah sebab cinta sedang memandang dari kedalam jiwa, bersenandung bersama kicau burung dan kecantikan putik-putik bunga.


Ketika engkau melihatnya tersenyum , maka berbahagialah karena cinta telah membasuh luka hati dengan senandung air mata kebahagiaan dan tangis rindu.


Ketika engkau melihat sepasang matanya yang indah , berbahagialah karena engkau telah menterjemahkan segala rahasia hati yang bersemayam didalam bathinnya.


Ketika engkau mendengar dirinya bersenandung ,ikutlah bernyanyi bersamanya, karena tidak ada ungkapan yang kasih yang lebih indah-dari ungkapan; yang keluar dari sepasang insan yang sedang dilanda badai asmara.


Ketika engkau melihat cinta dengan hasrat kasih Ilahi , maka berbahagialah karena kidung semesta telah merestui dan memberkati ladang-ladang Ilahi dari hujan yang turun dari kesucian langit


Karena apalah artinya cinta -selain kesejatiannya , cinta telah bahagia dengan mahkota keabadiannya , cinta tidak memerlukan apapun selain darinya , karena cinta telah cukup untuk cinta -ia takkan pernah pudar , selamanya berpijar, serta bersemayam dikedalaman jiwa -setiap insan yang terberkati oleh-Nya.


Jika kau merasa lelah dan tak

berdaya dari usaha yang sepertinya sia-sia..

Allah SWT tahu betapa keras engkau sudah berusaha.


Ketika kau sudah menangis sekian lama dan

hatimu masih terasa pedih.

Allah SWT sudah menghitung air matamu.


Ketika kau fikir bahwa hidupmu

sedang menunggu sesuatu dan waktu serasa berjalan begitu saja.

Allah SWT sedang menunggu bersamamu.


Ketika kau berfikir bahwa kau sudah mencoba

segalanya dan tidak tahu hendak berbuat apa lagi..

Allah SWT sudah punya jawabannya.


Ketika segala sesuatu menjadi tidak masuk akal

dan kau merasa tertekan.

Allah SWT dapat menenangkanmu.


Ketika kau merasa sendirian dan teman-temanmu

terlalu sibuk untuk menyapamu

Allah SWT selalu berada disampingmu.


Ketika kau mendambakan sebuah cinta sejati

yang tak kunjung datang..

Allah SWT mempunyai Cinta dan Kasih yang

lebih besar dari segalanya dan Dia telah

menciptakan seseorang yang akan menjadi pasangan hidupmu kelak.


Ketika kau merasa bahwa kau mencintai seseorang,

namun kau tahu cintamu tak terbalas.

Allah SWT tahu apa yang ada di depanmu dan

Dia sedang mempersiapkan segala yang terbaik untukmu.


Ketika kau merasa telah dikhianati dan dikecewakan.

Allah SWT dapat menyembuhkan lukamu dan membuatmu tersenyum.


Jika tiba-tiba kau dapat melihat jejak- jejak harapan.

Allah SWT sedang berbisik kepadamu.


Ketika segala sesuatu berjalan lancar dan kau merasa ingin

mengucap syukur. Allah SWT telah memberkahimu.


Ketika sesuatu yang indah terjadi dan kau dipenuhi ketakjuban.

Allah SWT telah tersenyum padamu.


Ketika kau memiliki tujuan untuk dipenuhi dan mimpi untuk digenapi.

Allah SWT sudah membuka matamu dan memanggilmu dengan namamu.


Ingat dimanapun kau atau kemanapun kau

menghadap. Allah SWT Maha Mengetahui…


Semoga bermanfaat..

http://www.facebook.com/pages/Mencintaimu-Karena-Allah-Rasulullah/160964877289406?v=app_2344061033

Salam Ukhuwah islamiyah

Selasa, 12 April 2011

Mencintai Karena Allah


Suatu hari ketika seseorang duduk disamping Rasulullah saw, kemudian seorang sahabat lewat didepannya, lalu orang yang berada disamping Rasulullah itu berkata: ”Ya Rasulullah, sesungguhnya aku mencintai dia”, “Apakah engkau telah memberitahukan kepadanya?” tanya Nabi. “Belum” jawab orang itu. “Nah…sekarang beritahukanlah kepadanya” timpal Nabi. Kemudian orang itu segera berkata kepada sahabatnya: “sesungguhnya aku mencintaimu karena Allah…” dengan serta merta sahabat itu menjawab: “Semoga Allah mencintaimu karena engkau mencintaiku karena-Nya…”. (HR. Abu Dawud).

Cinta itu adalah ketika timbul perasaan aneh disekujur tubuhmu baik ketika kau melihatnya, mendengarnya, ataupun ketika kau merasakan kehadirannya di dekatnya. Adakalanya kau selalu ingin dekat dengannya, namun yakinlah, bahwa jarak yang jauh terkadang justru mampu mendekatkan hati kalian. Dan juga sebaliknya, kedekatan tanpa ikatan pernikahan seringkali merenggangkan hati kalian.

Cinta itu tumbuh secara tak terduga. Terkadang kau berpikir bahwa kau LEBIH BAIK mencintai orang tersebut. Namun ketika HATImu menolaknya kau tak akan mampu berbuat apa-apa. Biarlah perlahan-lahan hatimu, bersama dengan masa yang akan menghapusnya dari pikiranmu.

Namun ketika HATImu membenarkan kau justru akan dibuat kebingungan karenanya. Kau justru akan berpikir ulang sebelum kau benar-benar yakin bahwa dialah cintamu yg sebenarnya.

Cinta karena Allah adalah ketika kau mengerti, tak hanya kelebihan dari orang itu yang kau lihat, namun juga MEMAHAMI dan MENERIMA kekurangan-kekurangan yang dimilikinya. Sungguh pun kau baru boleh mengatakan bahwa "aku mencintainya" setelah kau benar-benar mengenalnya dgn sebenar-benarnya, yaitu baik dan buruknya.

Cinta karena Allah itu tidak akan pernah sebatas pada penampilan dan kecantikan. Adakalanya kau akan lebih mencintai sebongkah arang hitam daripada sebutir intan yang berkilauan. Karena sesungguhnya kau sadar bahwa kau membutuhkan sebuah kehangatan yang mampu mengusir rasa dingin dari jiwamu. Lebih daripada sekedar keindahan yang ternyata membuatmu beku kedinginan.

Cinta karena Allah itu TIDAK akan tumbuh dari kecantikan seseorang. Namun KECANTIKAN seseorang justru akan tampak ketika kau mencintainya. Adalah bagaimana kau bisa mencintainya karena akhlak dan agamanya, bukan pada rupa, harta, ataupun nasabnya. karena dengan inilah kau bisa menepis kefakiran, kehinaan, ketidak bahagiaaan, dan kemudian menggantinya dengan kemuliaan yang diridhoi oleh Allah SWT.

Cinta karena Allah akan membuatmu merasa tidak perlu memiliki meskipun dalam hatimu kau sangat ingin. Adalah bagaimana kau bisa ikhlas ketika dia ternyata lebih mencintai orang lain dan bahkan kau pun bisa berdoa agar mereka bisa berbahagia.

Cinta karena Allah tidak akan menggiringmu pada jurang kemaksiatan. Ketika kau melihat dia dan mencintainya, hal itu akan membuatmu semakin berbenah diri, kau menjadi mampu melihat kekurangan-kekurangan dirimu untuk kemudian memperbaikinya.

Cinta Karena Allah tidak akan membuatmu berpikir sempit, justru kau akan berpikir lebih jauh ke depan, lebih matang, lebih dewasa, dan ke arah yang lebih serius…!! Kau tidak akan berpikir dan membayangkan apabila kalian sudah pacaran, namun kau sudah berpikir ke arah pernikahan. Karena kau sadar bahwa ia jauh lebih kokoh, suci, berarti dan bermakna di hadapan Allah daripada sekeedar pacaran.

Cinta karena Allah terkadang tak tumbuh dengan sendirinya. Kita seperti layaknya diberi biji untuk ditanam. Lalu ia tergantung pada bagaimana kita merawatnya. Jika kita baik, maka baik pulalah perasaan itu, dan juga sebaliknya. Terkadang pula bisa jadi ia tumbuh dengan sendirinya. Ada saat dimana kau terkadang ingin membunuh saja perasaan tersebut namun entah mengapa kau tak berdaya. Karena sebenarnya bukanlah kita yang menumbuhkan perasaan cinta tersebut, namun Rabb yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang lah yang berkehendak atas segala perasaan itu.

Cinta karena Allah Bukanlah tentang bagaimana kalian saling memandang, namun bagaimana tentang kalian melihat ke arah yang sama, dan berjalan ke arah yang sama. Kalian sadar bahwa kalian tidak akan mampu menghadapi perjalanan tersebut sendirian melainkan kau butuh seseorang untuk berjalan disisimu, yang saling membantu, saling meringankan, dan saling mengarahkan dalam perjalanan menggapai Ridha-Nya

Cinta karena Allah tidaklah selalu membutuhkan beragam kesamaan diantara kalian. Namun yang terpenting adalah kesamaan prinsip dan tujuan, yaitu menggapai ridha Allah SWT. dalam dirimu kau pun ingin agar kau merasa layak untuk mencintai dan dicintai olehnya.

kerinduan,,,,

Dari jiwa yang terkoyak
Aku mencoba tuk merangkak
Dari nurani yang telah lama mati
Disaat harapan semakin padam
Karena tak kunjung jadi kenyataan
Disaat asa telah binasa
Karena tak pernah terwujud jadi sebuah realita
Tuhan…, maafkan aku
Maafkan aku bila sembahan air wudhu
Tak lagi menyejukkan kalbuku…
Bila anaulan ayat-ayatMu tak lagi menyentuh imanku
Aku takut dosa dan maksiat
Kan jadi jurang pemisah diantara kita
Tapi khauf dan roja’ senantiasa ada dalam dada
Menjadi penerang hati penunjuk jalan
Kerinduan dan kasih sayang Tuhan
Yang bersinar dalam kehidupan
Berbekal kerinduan….
Ku merinduMu
Tuk selalu bertemu keridhoaanMu
Ku cinta padaMu
Hasrat karunia dalam ma’rifatMu
Tuhan yakinkan padaku
Atas semua ini yang telah ku lakukan
Tuhan rindukukan aku padaMu
Atas kasih sayang
Yang telah Kau berikan
namun diriku tak layak
Menerima cintaMu dan kasih sayang
Tapi diriku tak sanggup
Tanpa cintaMu menuju ridhoMu
Dalam perjalananku ini
Hasrat merindu tuk menemuiMu
Dalam kebesarabMu ini
Pasrahku bersujud sebagai hamba Tuhan
Ku yakin….. padaMu
RahmatMu….. Tuhan, ku damba…….

Senin, 11 April 2011

Menuju Surga dengan Cinta

Setiap individu pasti akan merasai cinta dan mencintai sesuatu. Cinta adalah perasaan halus yang dimiliki hati setiap manusia, dan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam Islam, cinta merupakan masalah utama dalam kehidupan dunia dan akhirat. Ini karena Islam sendiri merupakan agama yang berasaskan cinta. Sabda Rasullulah SAW.: “Tiga perkara yang apabila terdapat pada diri seseorang maka ia akan mendapat manisnya iman, yakni: Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada yang lain; mencintai seseorang hanya karena Allah, dan benci untuk kembali kepada kekafiran sebagaimana ia tidak suka dilemparkan ke dalam neraka” (HR. Bukhari dan Muslim)
Oleh karena itulah Islam menyeru kepada cinta, yaitu cinta kepada Allah, cinta kepada Rasulullah, cinta kepada agama, cinta kepada aqidah, juga cinta kepada sesama makhluk, sebagaimana Allah menjadikan perasaan cinta antara suami istri sebagai sebagian tanda dan bukti kekuasaan-Nya, firman Allah SWT: 
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir (QS. Ar-Ruum: 21).
Jelaslah bahwa cinta adalah tanda kehidupan ruhani dalam aqidah orang mukmin, seperti halnya cinta juga menjadi dasar dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat. Selain itu, iman dalam Islam ditegakkan berdasarkan cinta dan kasih sayang, sebagaimana terlukis indah dalam sabda Rasulullah SAW : “Demi Dzat yang diriku ada di tanganNya, kamu tidak akan masuk syurga sehingga kamu beriman, dan kamu tidak akan beriman dengan sempurna hingga kamu saling mencintai. Maukah aku tunjukkan kepada kalian sesuatu yang jika kalian lakukan kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian.” (HR Muslim)
Dalam hadist diatas, Rasullulah SAW menegaskan bahwa jalan menuju ke syurga bergantung kepada iman, dan iman bergantung kepada cinta. Maka cinta adalah syarat dalam iman, rukun dalam aqidah, dan asas dalam agama.
Cinta dalam Islam adalah kaidah dan sistem yang mempunyai batas. Ia adalah penunjuk ke arah mendidik jiwa, membersihkan akhlaq serta mencegah atau melindungi diri daripada dosa-dosa. Cinta dapat membimbing jiwa agar bersinar cemerlang, penuh dengan perasaan cinta dan dicintai.
Sayangnya dalam kondisi saat ini, cinta yang lahir cenderung penuh hawa nafsu dan menyimpang daripada tujuan murni yang sebenarnya. Setiap saat, setiap hari kita dibuai dengan lagu cinta, dibuat terlena dengan tontonan kisah cinta yang menghanyutkan kita ke dunia khayal yang merugikan. Kini bahkan banyak yang menyalahartikan makna cinta sebenarnya, sehingga terdorong melewati batas pergaulan dan tatasusila seorang mukmin.
Untuk itu, renungkanlah sejenak hakikat kehidupan kita di dunia. Rasullulah SAW bersabda: “Tidak sempurna iman salah seorang dari kamu sehingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai diri sendiri.” Juga sabda Rasulullah, “Barang siapa ingin mendapatkan manisnya iman, maka hendaklah ia mencintai orang lain karena Allah.” (HR Hakim dari Abu Hurairah).