Rabu, 30 Maret 2011

cinta sejati dalam islam

Makna ‘Cinta Sejati’ terus dicari dan digali. Manusia dari zaman ke zaman seakan tidak pernah bosan membicarakannya. Sebenarnya? apa itu ‘Cinta Sejati’ dan bagaimana pandangan Islam terhadapnya?

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga terlimpahkan kepada nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
Masyarakat di belahan bumi manapun saat ini sedang diusik oleh mitos ‘Cinta Sejati‘, dan dibuai oleh impian ‘Cinta Suci’. Karenanya, rame-rame, mereka mempersiapkan diri untuk merayakan hari cinta “Valentine’s Day”.
Pada kesempatan ini, saya tidak ingin mengajak saudara menelusuri sejarah dan kronologi adanya peringatan ini. Dan tidak juga ingin membicarakan hukum mengikuti perayaan hari ini. Karena saya yakin, anda telah banyak mendengar dan membaca tentang itu semua. Hanya saja, saya ingin mengajak saudara untuk sedikit menyelami: apa itu cinta? Adakah cinta sejati dan cinta suci? Dan cinta model apa yang selama ini menghiasi hati anda?
Seorang peneliti dari Researchers at National Autonomous University of Mexico mengungkapkan hasil risetnya yang begitu mengejutkan. Menurutnya: Sebuah hubungan cinta pasti akan menemui titik jenuh, bukan hanya karena faktor bosan semata, tapi karena kandungan zat kimia di otak yang mengaktifkan rasa cinta itu telah habis. Rasa tergila-gila dan cinta pada seseorang tidak akan bertahan lebih dari 4 tahun. Jika telah berumur 4 tahun, cinta sirna, dan yang tersisa hanya dorongan seks, bukan cinta yang murni lagi.
Menurutnya, rasa tergila-gila muncul pada awal jatuh cinta disebabkan oleh aktivasi dan pengeluaran komponen kimia spesifik di otak, berupa hormon dopamin, endorfin, feromon, oxytocin, neuropinephrine yang membuat seseorang merasa bahagia, berbunga-bunga dan berseri-seri. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, dan terpaan badai tanggung jawab dan dinamika kehidupan efek hormon-hormon itu berkurang lalu menghilang. (sumber: www.detik.com Rabu, 09/12/2009 17:45 WIB).
Wah, gimana tuh nasib cinta yang selama ini anda dambakan dari pasangan anda? Dan bagaimana nasib cinta anda kepada pasangan anda? Jangan-jangan sudah lenyap dan terkubur jauh-jauh hari.
Anda ingin sengsara karena tidak lagi merasakan indahnya cinta pasangan anda dan tidak lagi menikmati lembutnya buaian cinta kepadanya? Ataukah anda ingin tetap merasakan betapa indahnya cinta pasangan anda dan juga betapa bahagianya mencintai pasangan anda?
Saudaraku, bila anda mencintai pasangan anda karena kecantikan atau ketampanannya, maka saat ini saya yakin anggapan bahwa ia adalah orang tercantik dan tertampan, telah luntur.
Bila dahulu rasa cinta anda kepadanya tumbuh karena ia adalah orang yang kaya, maka saya yakin saat ini, kekayaannya tidak lagi spektakuler di mata anda.
Bila rasa cinta anda bersemi karena ia adalah orang yang berkedudukan tinggi dan terpandang di masyarakat, maka saat ini kedudukan itu tidak lagi berkilau secerah yang dahulu menyilaukan pandangan anda.
Saudaraku! bila anda terlanjur terbelenggu cinta kepada seseorang, padahal ia bukan suami atau istri anda, ada baiknya bila anda menguji kadar cinta anda. Kenalilah sejauh mana kesucian dan ketulusan cinta anda kepadanya. Coba anda duduk sejenak, membayangkan kekasih anda dalam keadaan ompong peyot, pakaiannya compang-camping sedang duduk di rumah gubuk yang reot. Akankah rasa cinta anda masih menggemuruh sedahsyat yang anda rasakan saat ini?
Para ulama’ sejarah mengisahkan, pada suatu hari Abdurrahman bin Abi Bakar radhiallahu ‘anhu bepergian ke Syam untuk berniaga. Di tengah jalan, ia melihat seorang wanita berbadan semampai, cantik nan rupawan bernama Laila bintu Al Judi. Tanpa diduga dan dikira, panah asmara Laila melesat dan menghujam hati Abdurrahman bin Abi Bakar radhiallahu ‘anhu. Maka sejak hari itu, Abdurrahman radhiallahu ‘anhu mabok kepayang karenanya, tak kuasa menahan badai asmara kepada Laila bintu Al Judi. Sehingga Abdurrahman radhiallahu ‘anhu sering kali merangkaikan bair-bait syair, untuk mengungkapkan jeritan hatinya. Berikut di antara bait-bait syair yang pernah ia rangkai:
Aku senantiasa teringat Laila yang berada di seberang negeri Samawah
Duhai, apa urusan Laila bintu Al Judi dengan diriku?
Hatiku senantiasa diselimuti oleh bayang-bayang sang wanita
Paras wajahnya slalu membayangi mataku dan menghuni batinku.
Duhai, kapankah aku dapat berjumpa dengannya,
Semoga bersama kafilah haji, ia datang dan akupun bertemu.
Karena begitu sering ia menyebut nama Laila, sampai-sampai Khalifah Umar bin Al Khattab radhiallahu ‘anhu merasa iba kepadanya. Sehingga tatkala beliau mengutus pasukan perang untuk menundukkan negeri Syam, ia berpesan kepada panglima perangnya: bila Laila bintu Al Judi termasuk salah satu tawanan perangmu (sehingga menjadi budak), maka berikanlah kepada Abdurrahman radhiallahu ‘anhu. Dan subhanallah, taqdir Allah setelah kaum muslimin berhasil menguasai negeri Syam, didapatkan Laila termasuk salah satu tawanan perang. Maka impian Abdurrahmanpun segera terwujud. Mematuhi pesan Khalifah Umar radhiallahu ‘anhu, maka Laila yang telah menjadi tawanan perangpun segera diberikan kepada Abdurrahman radhiallahu ‘anhu.
Anda bisa bayangkan, betapa girangnya Abdurrahman, pucuk cinta ulam tiba, impiannya benar-benar kesampaian. Begitu cintanya Abdurrahman radhiallahu ‘anhu kepada Laila, sampai-sampai ia melupakan istri-istrinya yang lain. Merasa tidak mendapatkan perlakuan yang sewajarnya, maka istri-istrinya yang lainpun mengadukan perilaku Abdurrahman kepada ‘Aisyah istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang merupakan saudari kandungnya.
Menyikapi teguran saudarinya, Abdurrahman berkata: “Tidakkah engkau saksikan betapa indah giginya, yang bagaikan biji delima?”
Akan tetapi tidak begitu lama Laila mengobati asmara Abdurrahman, ia ditimpa penyakit yang menyebabkan bibirnya “memble” (jatuh, sehingga giginya selalu nampak). Sejak itulah, cinta Abdurrahman luntur dan bahkan sirna. Bila dahulu ia sampai melupakan istri-istrinya yang lain, maka sekarang iapun bersikap ekstrim. Abdurrahman tidak lagi sudi memandang Laila dan selalu bersikap kasar kepadanya. Tak kuasa menerima perlakuan ini, Lailapun mengadukan sikap suaminya ini kepada ‘Aisyah radhiallahu ‘anha. Mendapat pengaduan Laila ini, maka ‘Aisyahpun segera menegur saudaranya dengan berkata:
يا عبد الرحمن لقد أحببت ليلى وأفرطت، وأبغضتها فأفرطت، فإما أن تنصفها، وإما أن تجهزها إلى أهلها، فجهزها إلى أهلها.
“Wahai Abdurrahman, dahulu engkau mencintai Laila dan berlebihan dalam mencintainya. Sekarang engkau membencinya dan berlebihan dalam membencinya. Sekarang, hendaknya engkau pilih: Engkau berlaku adil kepadanya atau engkau mengembalikannya kepada keluarganya. Karena didesak oleh saudarinya demikian, maka akhirnya Abdurrahmanpun memulangkan Laila kepada keluarganya. (Tarikh Damaskus oleh Ibnu ‘Asakir 35/34 & Tahzibul Kamal oleh Al Mizzi 16/559)
Bagaimana saudaraku! Anda ingin merasakan betapa pahitnya nasib yang dialami oleh Laila bintu Al Judi? Ataukah anda mengimpikan nasib serupa dengan yang dialami oleh Abdurrahman bin Abi Bakar radhiallahu ‘anhu?(1)
Tidak heran bila nenek moyang anda telah mewanti-wanti anda agar senantiasa waspada dari kenyataan ini. Mereka mengungkapkan fakta ini dalam ungkapan yang cukup unik: Rumput tetangga terlihat lebih hijau dibanding rumput sendiri.
Anda penasaran ingin tahu, mengapa kenyataan ini bisa terjadi?
Temukan rahasianya pada sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini:
الْمَرْأَةُ عَوْرَةٌ فَإِذَا خَرَجَتِ اسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَانُ. رواه الترمذي وغيره
“Wanita itu adalah aurat (harus ditutupi), bila ia ia keluar dari rumahnya, maka setan akan mengesankannya begitu cantik (di mata lelaki yang bukan mahramnya).” (Riwayat At Tirmizy dan lainnya)
Orang-orang Arab mengungkapkan fenomena ini dengan berkata:
كُلُّ مَمْنُوعٍ مَرْغُوبٌ
Setiap yang terlarang itu menarik (memikat).
Dahulu, tatkala hubungan antara anda dengannya terlarang dalam agama, maka setan berusaha sekuat tenaga untuk mengaburkan pandangan dan akal sehat anda, sehingga anda hanyut oleh badai asmara. Karena anda hanyut dalam badai asmara haram, maka mata anda menjadi buta dan telinga anda menjadi tuli, sehingga andapun bersemboyan: Cinta itu buta. Dalam pepatah arab dinyatakan:
حُبُّكَ الشَّيْءَ يُعْمِي وَيُصِمُّ
Cintamu kepada sesuatu, menjadikanmu buta dan tuli.
Akan tetapi setelah hubungan antara anda berdua telah halal, maka spontan setan menyibak tabirnya, dan berbalik arah. Setan tidak lagi membentangkan tabir di mata anda, setan malah berusaha membendung badai asmara yang telah menggelora dalam jiwa anda. Saat itulah, anda mulai menemukan jati diri pasangan anda seperti apa adanya. Saat itu anda mulai menyadari bahwa hubungan dengan pasangan anda tidak hanya sebatas urusan paras wajah, kedudukan sosial, harta benda. Anda mulai menyadari bahwa hubungan suami-istri ternyata lebih luas dari sekedar paras wajah atau kedudukan dan harta kekayaan. Terlebih lagi, setan telah berbalik arah, dan berusaha sekuat tenaga untuk memisahkan antara anda berdua dengan perceraian:
فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ. البقرة 102
“Maka mereka mempelajari dari Harut dan Marut (nama dua setan) itu apa yang dengannya mereka dapat menceraikan (memisahkan) antara seorang (suami) dari istrinya.” (Qs. Al Baqarah: 102)
Mungkin anda bertanya, lalu bagaimana saya harus bersikap?
Bersikaplah sewajarnya dan senantiasa gunakan nalar sehat dan hati nurani anda. Dengan demikian, tabir asmara tidak menjadikan pandangan anda kabur dan anda tidak mudah hanyut oleh bualan dusta dan janji-janji palsu.
Mungkin anda kembali bertanya: Bila demikian adanya, siapakah yang sebenarnya layak untuk mendapatkan cinta suci saya? Kepada siapakah saya harus menambatkan tali cinta saya?
Simaklah jawabannya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا ، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ. متفق عليه
“Biasanya, seorang wanita itu dinikahi karena empat alasan: karena harta kekayaannya, kedudukannya, kecantikannya dan karena agamanya. Hendaknya engkau menikahi wanita yang taat beragama, niscaya engkau akan bahagia dan beruntung.” (Muttafaqun ‘alaih)
Dan pada hadits lain beliau bersabda:
إِذَا خَطَبَ إِلَيْكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ دِينَهُ وَخُلُقَهُ فَزَوِّجُوهُ إِلاَّ تَفْعَلُوا تَكُنْ فِتْنَةٌ فِى الأَرْضِ وَفَسَادٌ عَرِيضٌ. رواه الترمذي وغيره.
“Bila ada seorang yang agama dan akhlaqnya telah engkau sukai, datang kepadamu melamar, maka terimalah lamarannya. Bila tidak, niscaya akan terjadi kekacauan dan kerusakan besar di muka bumi.” (Riwayat At Tirmizy dan lainnya)
Cinta yang tumbuh karena iman, amal sholeh, dan akhlaq yang mulia, akan senantiasa bersemi. Tidak akan lekang karena sinar matahari, dan tidak pula luntur karena hujan, dan tidak akan putus walaupun ajal telah menjemput.
الأَخِلاَّء يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلاَّ الْمُتَّقِينَ. الزخرف 67
“Orang-orang yang (semasa di dunia) saling mencintai pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertaqwa.” (Qs. Az Zukhruf: 67)
Saudaraku! Cintailah kekasihmu karena iman, amal sholeh serta akhlaqnya, agar cintamu abadi. Tidakkah anda mendambakan cinta yang senantiasa menghiasi dirimu walaupun anda telah masuk ke dalam alam kubur dan kelak dibangkitkan di hari kiamat? Tidakkah anda mengharapkan agar kekasihmu senantiasa setia dan mencintaimu walaupun engkau telah tua renta dan bahkan telah menghuni liang lahat?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ: أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِى الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ. متفق عليه
“Tiga hal, bila ketiganya ada pada diri seseorang, niscaya ia merasakan betapa manisnya iman: Bila Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dibanding selain dari keduanya, ia mencintai seseorang, tidaklah ia mencintainya kecuali karena Allah, dan ia benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkan dirinya, bagaikan kebenciannya bila hendak diceburkan ke dalam kobaran api.” (Muttafaqun ‘alaih)
Saudaraku! hanya cinta yang bersemi karena iman dan akhlaq yang mulialah yang suci dan sejati. Cinta ini akan abadi, tak lekang diterpa angin atau sinar matahari, dan tidak pula luntur karena guyuran air hujan.
Yahya bin Mu’az berkata: “Cinta karena Allah tidak akan bertambah hanya karena orang yang engkau cintai berbuat baik kepadamu, dan tidak akan berkurang karena ia berlaku kasar kepadamu.” Yang demikian itu karena cinta anda tumbuh bersemi karena adanya iman, amal sholeh dan akhlaq mulia, sehingga bila iman orang yang anda cintai tidak bertambah, maka cinta andapun tidak akan bertambah. Dan sebaliknya, bila iman orang yang anda cintai berkurang, maka cinta andapun turut berkurang. Anda cinta kepadanya bukan karena materi, pangkat kedudukan atau wajah yang rupawan, akan tetapi karena ia beriman dan berakhlaq mulia. Inilah cinta suci yang abadi saudaraku.
Saudaraku! setelah anda membaca tulisan sederhana ini, perkenankan saya bertanya: Benarkah cinta anda suci? Benarkah cinta anda adalah cinta sejati? Buktikan saudaraku…
Wallahu a’alam bisshowab, mohon maaf bila ada kata-kata yang kurang berkenan atau menyinggung perasaan.
***
http://muslimah.or.id/akhlak-dan-nasehat/cinta-sejati-dalam-islam.html/Footnote:
1) Saudaraku, setelah membaca kisah cinta sahabat Abdurrahman bin Abi Bakar ini, saya harap anda tidak berkomentar atau berkata-kata buruk tentang sahabat Abdurrahman bin Abi Bakar. Karena dia adalah salah seorang sahabat nabi, sehingga memiliki kehormatan yang harus anda jaga. Adapun kesalahan dan kekhilafan yang terjadi, maka itu adalah hal yang biasa, karena dia juga manusia biasa, bisa salah dan bisa khilaf. Amal kebajikan para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam begitu banyak sehingga akan menutupi kekhilafannya. Jangan sampai anda merasa bahwa diri anda lebih baik dari seseorang apalagi sampai menyebabkan anda mencemoohnya karena kekhilafan yang ia lakukan. Disebutkan pada salah satu atsar (ucapan seorang ulama’ terdahulu):
مَنْ عَيَّرَ أَخَاهُ بِذَنْبٍ مَنْ عَابَهُ بِهِ لَمْ يَمُتْ حَتَّى يَعْمَلَهُ
“Barang siapa mencela saudaranya karena suatu dosa yang ia lakukan, tidaklah ia mati hingga terjerumus ke dalam dosa yang sama.”

Indahnya Cinta Karena Allah

“Tidaklah seseorang diantara kalian dikatakan beriman, hingga dia mencintai sesuatu bagi saudaranya sebagaimana dia mencintai sesuatu bagi dirinya sendiri.”

Secara nalar pecinta dunia, bagaimana mungkin kita mengutamakan orang lain dibandingkan diri kita? Secara hawa nafsu manusia, bagaimana mungkin kita memberikan sesuatu yang kita cintai kepada saudara kita?
Pertanyaan tersebut dapat terjawab melalui penjelasan Ibnu Daqiiqil ‘Ied dalam syarah beliau terhadap hadits diatas (selengkapnya, lihat di Syarah Hadits Arba’in An-Nawawiyah).
(“Tidaklah seseorang beriman” maksudnya adalah -pen). Para ulama berkata, “yakni tidak beriman dengan keimanan yang sempurna, sebab jika tidak, keimanan secara asal tidak didapatkan seseorang kecuali dengan sifat ini.”
Maksud dari kata “sesuatu bagi saudaranya” adalah berupa ketaatan, dan sesuatu yang halal. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh An-Nasa’i.
“…hingga dia mencintai bagi saudaranya berupa kebaikan sebagaimana dia mencintai jika hal itu terjadi bagi dirinya.”
Syaikh Abu Amru Ibnu Shalah berkata, “Hal ini terkadang dianggap sebagai sesuatu yang sulit dan mustahil, padahal tidaklah demikian, karena makna hadits ini adalah tidak sempurna iman seseorang diantara kalian sehingga dia mencintai bagi keislaman saudaranya sebagaimana dia mencintai bagi dirinya. Menegakkan urusan ini tidak dapat direalisasikan dengan cara menyukai jika saudaranya mendapatkan apa yang dia dapatkan, sehingga dia tidak turut berdesakan dengan saudaranya dalam merasakan nikmat tersebut dan tidak mengurangi kenikmatan yang diperolehnya. Itu mudah dan dekat dengan hati yang selamat, sedangkan itu sulit terjadi pada hati yang rusak, semoga Allah Ta’ala memaafkan kita dan saudara-saudara kita seluruhnya.”
Abu Zinad berkata, “Sekilas hadits ini menunjukkan tuntutan persamaan (dalam memperlakukan dirinya dan saudaranya), namun pada hakekatnya ada tafdhil (kecenderungan untuk memperlakukan lebih), karena manusia ingin jika dia menjadi orang yang paling utama, maka jika dia menyukai saudaranya seperti dirinya sebagai konsekuensinya adalah dia akan menjadi orang yang kalah dalam hal keutamaannya. Bukankah anda melihat bahwa manusia menyukai agar haknya terpenuhi dan kezhaliman atas dirinya dibalas? Maka letak kesempurnaan imannya adalah ketika dia memiliki tanggungan atau ada hak saudaranya atas dirinya maka dia bersegera untuk mengembalikannya secara adil sekalipun dia merasa berat.”
Diantara ulama berkata tentang hadits ini, bahwa seorang mukmin satu dengan yang lain itu ibarat satu jiwa, maka sudah sepantasnya dia mencintai untuk saudaranya sebagaimana mencintai untuk dirinya karena keduanya laksana satu jiwa sebagaimana disebutkan dalam hadits yang lain:
“Orang-orang mukmin itu ibarat satu jasad, apabila satu anggota badan sakit, maka seluruh jasad turut merasakan sakit dengan demam dan tidak dapat tidur.” (HR. Muslim)
“Saudara” yang dimaksud dalam hadits tersebut bukan hanya saudara kandung atau akibat adanya kesamaan nasab/ keturunan darah, tetapi “saudara” dalam artian yang lebih luas lagi. Dalam Bahasa Arab, saudara kandung disebut dengan Asy-Asyaqiiq ( الشَّّقِيْقُ). Sering kita jumpa seseorang menyebut temannya yang juga beragama Islam sebagai “Ukhti fillah” (saudara wanita ku di jalan Allah). Berarti, kebaikan yang kita berikan tersebut berlaku bagi seluruh kaum muslimin, karena sesungguhnya kaum muslim itu bersaudara.
Jika ada yang bertanya, “Bagaimana mungkin kita menerapkan hal ini sekarang? Sekarang kan jaman susah. Mengurus diri sendiri saja sudah susah, bagaimana mungkin mau mengutamakan orang lain?”
Wahai saudariku -semoga Allah senantiasa menetapkan hati kita diatas keimanan-, jadilah seorang mukmin yang kuat! Sesungguhnya mukmin yang kuat lebih dicintai Allah. Seberat apapun kesulitan yang kita hadapi sekarang, ketahuilah bahwa kehidupan kaum muslimin saat awal dakwah Islam oleh Rasulullah jauh lebih sulit lagi. Namun kecintaan mereka terhadap Allah dan Rasul-Nya jauh melebihi kesedihan mereka pada kesulitan hidup yang hanya sementara di dunia. Dengarkanlah pujian Allah terhadap mereka dalam Surat Al-Hasyr:
“(Juga) bagi orang fakir yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar(ash-shodiquun). Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) ‘mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Hasyr: 8-9)
Dalam ayat tersebut Allah memuji kaum Muhajirin yang berhijrah dari Makkah ke Madinah untuk memperoleh kebebasan dalam mewujudkan syahadat mereka an laa ilaha illallah wa anna muhammadan rasulullah. Mereka meninggalkan kampung halaman yang mereka cintai dan harta yang telah mereka kumpulkan dengan jerih payah. Semua demi Allah! Maka, kaum muhajirin (orang yang berhijrah) itu pun mendapatkan pujian dari Allah Rabbul ‘alamin. Demikian pula kaum Anshar yang memang merupakan penduduk Madinah. Saudariku fillah, perhatikanlah dengan seksama bagaimana Allah mengajarkan kepada kita keutamaan orang-orang yang mengutamakan saudara mereka. Betapa mengagumkan sikap itsar (mengutamakan orang lain) mereka. Dalam surat Al-Hasyr tersebur, Allah memuji kaum Anshar sebagai Al-Muflihun (orang-orang yang beruntung di dunia dan di akhirat) karena kecintaan kaum Anshar terhadap kaum Muhajirin, dan mereka mengutamakan kaum Muhajirin atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka (kaum Anshar) sebenarnya juga sedang berada dalam kesulitan. Allah Ta’aala memuji orang-orang yang dipelihara Allah Ta’aala dari kekikiran dirinya sebagai orang-orang yang beruntung. Tidaklah yang demikian itu dilakukan oleh kaum Anshar melainkan karena keimanan mereka yang benar-benar tulus, yaitu keimanan kepada Dzat yang telah menciptakan manusia dari tanah liat kemudian menyempurnakan bentuk tubuhnya dan Dia lah Dzat yang memberikan rezeki kepada siapapun yang dikehendaki oleh-Nya serta menghalangi rezeki kepada siapapun yang Dia kehendaki.
Tapi, ingatlah wahai saudariku fillah, jangan sampai kita tergelincir oleh tipu daya syaithon ketika mereka membisikkan ke dada kita “utamakanlah saudaramu dalam segala hal, bahkan bila agama mu yang menjadi taruhannya.” Saudariku fillah, hendaklah seseorang berjuang untuk memberikan yang terbaik bagi agamanya. Misalkan seorang laki-laki datang untuk sholat ke masjid, dia pun langsung mengambil tempat di shaf paling belakang, sedangkan di shaf depan masih ada tempat kosong, lalu dia berdalih “Aku memberikan tempat kosong itu bagi saudaraku yang lain. Cukuplah aku di shaf belakang.” Ketahuilah, itu adalah tipu daya syaithon! Hendaklah kita senantiasa berlomba-lomba dalam kebaikan agama kita. Allah Ta’ala berfirman:
“Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Baqoroh: 148)
Berlomba-lombalah dalam membuat kebaikan agama, bukan dalam urusan dunia. Banyak orang yang berdalih dengan ayat ini untuk menyibukkan diri mereka dengan melulu urusan dunia, sehingga untuk belajar tentang makna syahadat saja mereka sudah tidak lagi memiliki waktu sama sekali. Wal iyadzu billah. Semoga Allah menjaga diri kita agar tidak menjadi orang yang seperti itu.
Wujudkanlah Kecintaan Kepada Saudaramu Karena Allah
Mari kita bersama mengurai, apa contoh sederhana yang bisa kita lakukan sehari-hari sebagai bukti mencintai sesuatu bagi saudara kita yang juga kita cintai bagi diri kita…
Mengucapkan Salam dan Menjawab Salam Ketika Bertemu
“Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman, dan kalian tidak akan beriman sampai kalian saling mencintai. Tidak maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang jika kalian lakukan maka kalian akan saling mencintai: Sebarkanlah salam diantara kalian.” (HR. Muslim)
Pada hakekatnya ucapan salam merupakan do’a dari seseorang bagi orang lain. Di dalam lafadz salam “Assalaamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakaatuh” terdapat wujud kecintaan seorang muslim pada muslim yang lain. Yaitu keinginannya agar orang yang disapanya dengan salam, bisa memperoleh keselamatan, rahmat, dan barokah. Barokah artinya tetapnya suatu kebaikan dan bertambah banyaknya dia. Tentunya seseorang senang bila ada orang yang mendo’akan keselamatan, rahmat, dan barokah bagi dirinya. Semoga Allah mengabulkan do’a tersebut. Saudariku fillah, bayangkanlah! Betapa banyak kebahagiaan yang kita bagikan kepada saudara kita sesama muslim bila setiap bertemu dengan muslimah lain -baik yang kita kenal maupun tidak kita kenal- kita senantiasa menyapa mereka dengan salam. Bukankah kita pun ingin bila kita memperoleh banyak do’a yang demikian?! Namun, sangat baik jika seorang wanita muslimah tidak mengucapkan salam kepada laki-laki yang bukan mahromnya jika dia takut akan terjadi fitnah. Maka, bila di jalan kita bertemu dengan muslimah yang tidak kita kenal namun dia berkerudung dan kita yakin bahwa kerudung itu adalah ciri bahwa dia adalah seorang muslimah, ucapkanlah salam kepadanya. Semoga dengan hal sederhana ini, kita bisa menyebar kecintaan kepada sesama saudara muslimah. Insya Allah…
Bertutur Kata yang Menyenangkan dan Bermanfaat
Dalam sehari bisa kita hitung berapa banyak waktu yang kita habiskan untuk sekedar berkumpul-kumpul dan ngobrol dengan teman. Seringkali obrolan kita mengarah kepada ghibah/menggunjing/bergosip. Betapa meruginya kita. Seandainya, waktu ngobrol tersebut kita gunakan untuk membicarakan hal-hal yang setidaknya lebih bermanfaat, tentunya kita tidak akan menyesal. Misalnya, sembari makan siang bersama teman kita bercerita, “Tadi shubuh saya shalat berjamaah dengan teman kost. Saya yang jadi makmum. Teman saya yang jadi imam itu, membaca surat Al-Insan. Katanya sih itu sunnah. Memangnya apa sih sunnah itu?” Teman yang lain menjawab, “Sunnah yang dimaksud teman anti itu maksudnya ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Memang disunnahkan untuk membaca Surat Al-Insan di rakaat kedua shalat shubuh di hari Jum’at.” Lalu, teman yang bertanya tadi pun berkata, “Ooo… begitu, saya kok baru tahu ya…” Subhanallah! Sebuah makan siang yang berubah menjadi “majelis ilmu”, ladang pahala, dan ajang saling memberi nasehat dan kebaikan pada saudara sesama muslimah.
Mengajak Saudara Kita Untuk Bersama-Sama Menghadiri Majelis ‘Ilmu
Dari obrolan singkat di atas, bisa saja kemudian berlanjut, “Ngomong-ngomong, kamu tahu darimana kalau membaca surat Al-Insan di rakaat kedua shalat shubuh di hari Jum’at itu sunnah?” Temannya pun menjawab, “Saya tahu itu dari kajian.” Alhamdulillah bila ternyata temannya itu tertarik untuk mengikuti kajian, “Kalau saya ikut boleh nggak? Kayaknya menyenangkan juga ya ikut kajian.” Temannya pun berkata, “Alhamdulillah, insyaAllah kita bisa berangkat sama-sama. Nanti saya jemput anti di kost.”
Saling Menasehati, Baik Dengan Ucapan Lisan Maupun Tulisan
Suatu saat ‘Umar radhiyallahu ‘anhu pernah bertanya tentang aibnya kepada shahabat yang lain. Shahabat itu pun menjawab bahwa dia pernah mendengar bahwa ‘Umar radhiyallahu ‘anhu memiliki bermacam-macam lauk di meja makannya. Lalu ‘Umar radhiyallahu ‘anhu pun berkata yang maknanya ‘Seorang teman sejati bukanlah yang banyak memujimu, tetapi yang memperlihatkan kepadamu aib mu (agar orang yang dinasehati bisa memperbaiki aib tersebut. Yang perlu diingat, menasehati jangan dilakukan didepan orang banyak. Agar kita tidak tergolong ke dalam orang yang menyebar aib orang lain. Terdapat beberapa perincian dalam masalah ini -pen).’ Bentuk nasehat tersebut, bukan hanya secara lisan tetapi bisa juga melalui tulisan, baik surat, artikel, catatan saduran dari kitab-kitab ulama, dan lain-lain.
Saling Mengingatkan Tentang Kematian, Yaumil Hisab, At-Taghaabun (Hari Ditampakkannya Kesalahan-Kesalahan), Surga, dan Neraka
Sangat banyak orang yang baru ingin bertaubat bila nyawa telah nyaris terputus. Maka, diantara bentuk kecintaan seorang muslim kepada saudaranya adalah saling mengingatkan tentang kematian. Ketika saudaranya hendak berbuat kesalahan, ingatkanlah bahwa kita tidak pernah mengetahui kapan kita mati. Dan kita pasti tidak ingin bila kita mati dalam keadaan berbuat dosa kepada Allah Ta’ala.
Saudariku fillah, berbaik sangkalah kepada saudari muslimah mu yang lain bila dia menasehati mu, memberimu tulisan-tulisan tentang ilmu agama, atau mengajakmu mengikuti kajian. Berbaik sangkalah bahwa dia sangat menginginkan kebaikan bagimu. Sebagaimana dia pun menginginkan yang demikian bagi dirinya. Karena, siapakah gerangan orang yang senang terjerumus pada kubangan kesalahan dan tidak ada yang mengulurkan tangan padanya untuk menariknya dari kubangan yang kotor itu? Tentunya kita akan bersedih bila kita terjatuh di lubang yang kotor dan orang-orang di sekeliling kita hanya melihat tanpa menolong kita…
Tidak ada ruginya bila kita banyak mengutamakan saudara kita. Selama kita berusaha ikhlash, balasan terbaik di sisi Allah Ta’ala menanti kita. Janganlah risau karena bisikan-bisikan yang mengajak kita untuk “ingin menang sendiri, ingin terkenal sendiri”. Wahai saudariku fillah, manusia akan mati! Semua makhluk Allah akan mati dan kembali kepada Allah!! Sedangkan Allah adalah Dzat Yang Maha Kekal. Maka, melakukan sesuatu untuk Dzat Yang Maha Kekal tentunya lebih utama dibandingkan melakukan sesuatu sekedar untuk dipuji manusia. Bukankah demikian?
Janji Allah Ta’Ala Pasti Benar !
Saudariku muslimah -semoga Allah senantiasa menjaga kita diatas kebenaran-, ketahuilah! Orang-orang yang saling mencintai karena Allah akan mendapatkan kemuliaan di Akhirat. Terdapat beberapa Hadits Qudsi tentang hal tersebut.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Allah berfirman pada Hari Kiamat, “Dimanakah orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku pada hari ini? Aku akan menaungi mereka dalam naungan-Ku pada hari yang tiada naungan kecuali naungan-Ku.” (HR. Muslim; Shahih)
Dari Abu Muslim al-Khaulani radhiyallahu ‘anhu dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, ia mengatakan: “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan dari Rabb-nya, dengan sabdanya, ‘Orang-orang yang bercinta karena Allah berada di atas mimbar-mimbar dari cahaya dalam naungan ‘Arsy pada hari yang tiada naungan kecuali naungan-Nya.’”
Abu Muslim radhiyallahu ‘anhu melanjutkan, “Kemudian aku keluar hingga bertemu ‘Ubadah bin ash-Shamit, lalu aku menyebutkan kepadanya hadits Mu’adz bin Jabal. Maka ia mengatakan, ‘Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan dari Rabb-nya, yang berfirman, ‘Cinta-Ku berhak untuk orang-orang yang saling mencintai karena-Ku, cinta-Ku berhak untuk orang-orang yang saling tolong-menolong karena-Ku, dan cinta-Ku berhak untuk orang-orang yang saling berkunjung karena-Ku.’ Orang-orang yang bercinta karena Allah berada di atas mimbar-mimbar dari cahaya dalam naungan ‘Arsy pada hari tiada naungan kecuali naungan-Nya.” (HR. Ahmad; Shahih dengan berbagai jalan periwayatannya)
Dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, ia menuturkan, Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah berfirman, ‘Orang-orang yang bercinta karena keagungan-Ku, mereka mendapatkan mimbar-mimbar dari cahaya sehingga para nabi dan syuhada iri kepada mereka.” (HR. At-Tirmidzi; Shahih)
Alhamdulillahilladzi bini’matihi tatimmushshalihaat (artinya: “Segala puji bagi Allah, dengan nikmat-Nyalah segala kebaikan menjadi sempurna.” Do’a ini diucapkan Rasulullah bila beliau mendapatkan hal yang menyenangkan). Allah Ta’aala menyediakan bagi kita lahan pahala yang begitu banyak. Allah Ta’aala menyediakannya secara cuma-cuma bagi kita. Ternyata, begitu sederhana cara untuk mendapat pahala. Dan begitu mudahnya mengamalkan ajaran Islam bagi orang-orang yang meyakini bahwa esok dia akan bertemu dengan Allah Rabbul ‘alamin sembari melihat segala perbuatan baik maupun buruk yang telah dia lakukan selama hidup di dunia. Persiapkanlah bekal terbaik kita menuju Negeri Akhirat. Semoga Allah mengumpulkan kita dan orang-orang yang kita cintai karena Allah di Surga Firdaus Al-A’laa bersama para Nabi, syuhada’, shiddiqin, dan shalihin. Itulah akhir kehidupan yang paling indah…
Maroji’:
  1. Terjemah Syarah Hadits Arba’in An-Nawawiyyah karya Ibnu Daqiiqil ‘Ied
  2. Terjemah Shahih Hadits Qudsi karya Syaikh Musthofa Al-’Adawi
  3. Sunan Tirmidzi
***
Artikel www.muslimah.or.id

Senin, 28 Maret 2011

surat untuk akhi

Untuk Akhifillah
Dimanapun kau berada
Kutulis surat ini samata-mata atas dasar cinta karena Allah…

Mohon maaf atas kelancanganku telah berani menuliskan ini untukmu.

Namun aku ingin kau mengetahui, bahwa ada beberapa dari sifatmu yang tidak kami (para akhwat) sukai. Berbesar hatilah untuk mengetahuinya. Kami ingin kau terlihat baik dimata kami dan tentunya di mata Allah juga...

Akhi fillah…

Setiap kaum wanita merindukan seorang ikhwan yang mempunyai visi hidup yang jelas. Bahwa hidup ini diciptakan bukan semata untuk hidup. Melainkan ada tujuan mulia. Jangan kau sia−siakan waktu hidupmu dengan tujuan yang tidak jelas, tidak ada pegangan dan berlalu begitu saja dengan percuma. Ingatlah, bahwa laki−laki adalah pemimpin bagi kaum perempuan. Berprinsiplah! Komitmenmu pada islam teguhkanlah. Bukankah kau telah mngkajinya tentang ini dalam majelis−majelis kajian Al−Qur’an yang biasa kau ikuti setiap bulannya. Di mana pengamalannya selama ini.

Akhi fillah…

Dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa wanita diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok. Oleh karenanya berlaku lembutlah terhadap perempuan. Ingatlkah engaku, dalam sebuah hadits, rasulullah memberitahukan bahwa sebaik−baik manusia adalah yang berlaku lembut terhadap wanita. Ini menunjukkan bahwa tabiat wanita tidak sama dengan tabiat laki-laki, wanita mempunyai sifat ingin selalui dilindungi. Bukan diperlakukan secara kasar. Sudahkah selama ini kau berlaku lembut terhadap perempuan. Adakah kau pernah menyakiti hati seorang perempuan..

Akhi fillah…

Hal selanjutnya yang tidak para akhwat sukai adalah kesombonganmu. Sombong adalah sifat setan laknat. Tidak ada seorang mahlukpun yang berhak sombong, karena kesombongan hanyalah hak priogatif Allah. Perempuan adalah mahluk yang lembut. Kesombongan sangat bertentangan dengan kelembutan yang dimiliki perempuan. Jangan kira kekuasaanmu sebagai seorang laki−laki membuat dirimu menjadi sombong. Dengan sifat mengaturmu yang berlebihan, dan sifat tidak ingin di kalahkan oleh perempuan dalam hal apapun. Kami tau, bahwa ada batasan hak−hak antara perempuan dan laki−laki yang telah Allah tetapkan. Kami tidak menuntut emansipasi, tapi sadarlah wahai akhi, bahwa kau sering kali berlaku sombong di mata kami.

Akhi fillah…

Setiap akhwat sangat mendambakan seorang ikhwan yang mempunyai pendirian. Bukan ikhwan yang plinplan. Tetapi bukan diktator. Tegas dalam arti punya sikap dan alasan yang jelas dalam mengambil keputusan. Tetapi di saat yang sama dapat bermusyawarah, lalu menentukan tindakan yang harus dilakukan dengan penuh keyakinan. Inilah salah satu makna qawwam dalam firman Allah: arrijaalu qawwamuun alan nisaa’ (An Nisa’:34).

Akhifillah…

Kau adalah penopang kami. Dikala kami membutuhkan penguat dalam situasi kekufuran yang sedang menerjang ini tak pantas bila kau malah ikut gentar atau juga lemah. Akhwat ingin ikhwan yang tegar, bukan ikhwan yang cengeng. Dalam hal ini bukan cengeng menangis ketika mendengar ayat−ayat Allah dilantunkan. Itu adalah kelembutan hati. Tetapi cengeng yang gentar menghadapi tantangan yang ada di depan. Bagaimana kau akan memimpin kami bila kau sendiri bersifat lemah. Ikhwan yang cengeng cendrung nampak serba tidak meyakinkan.

Akhi…

Kututup surat ini sampai disini. Semoga kau bisa mengambil maksud dari kami menuliskan ini untukmu. Salam sejahtera untukmu selalu. Semoga Allah selalu memberi cahaya ilmu−Nya kepada kita semua. Dan semoga Allah selalu menangi kita dalam rahman dan rahim−Nya. Amin.

Saudarimu.


Menyejukkan Hati

Ketika yang indah itu datang
Sang cinta bisikkan kedamaian,
Embun yang hadir dalam lelah,
Setitik terang dalam kelam,
Pelukan damai dalam hati dan pikiran

Kesejukan di kedalaman hati ini mulai terasa kembali syahdu
Cahayamu menyadarkan betapa angkuh dan pengecutnya aku

Karenamu...
Merajut kisah dalam impian suci
Terbalut halus dalam doa dan kalbu
Aku berjalan perlahan mencoba untuk mendekatimu dengan cinta
Apakah kau merasakan hal yang sama ?

Ataukah hanya...
Harapan...

Betapa sedihnya aku ketika kau menjauh pergi
Tanpa sedikitpun menoleh padaku
Hingga sekarang aku tak tahu dirimu berada
Atau kau telah berlabuh teduh dihati dan jiwa sang pangeran ?

Aku menangis ketika altar cinta yang telah kupahat dan kutasbihkan dalam jiwa
Tak’kan pernah sempat kupersembahkan untukmu
Entah mengapa...

Atau aku harus berjalan sendiri tanpamu ?
Menatap sang surya,
Berjuang arungi kerasnya perjalanan hidup dalam keikhlasan,
Menjemput bintang dan bulan,
Mendoakan kebahagiaanmu lewat bisikan Sang Malaikat

Sampai saat akan tiba dalam ketulusan untuk menerima takdir ini
Membawa pergi sendiri impian suci dalam kedamaian
Kebahagiaan dan ketenangan jiwa seutuhnya untukkmu

Demi waktu sampai saatnya nanti engkau melihatku tersenyum,
Tersenyumlah diatas segala kebahagiaan yang ada dalam kerajaan dunia
Impian suci ketulusan cintaku akan ada
sebagai bagian indah dalam perjalanan kehidupanmu


Berdialog Dengan Cinta

Suatu waktu, aku bertemu dengan sesuatu yang sangat indah. Takjub. Begitulah suasana untuk menggambarkan diriku disaat itu.

Akupun bertanya
,

“Siapa dirimu ?”


“Aku adalah Cinta”. Jawabnya dengan lembut dan mendayu.
Lebih lembut dari melodi musik ketika Kenshin (Samurai X) meninggalkan kekasihnya Kaury.

“Lalu apa yang kamu lakukan disini ?” Selidikku.


“Aku akan menjerat dirimu, dengan perangkapku. Engkau tidak akan bisa melepaskannya walaupun dengan sekuat kamampuan yang engkau punya. Bahkan Semakin engkau mencoba untuk memberontak, akan semakin erat perangkapku menjeratmu”


“Lalu setelah itu, apa yang akan kamu lakukan ?”


“Aku akan mengurungmu dalam penjara kegelisahan. Di dalamnya engkau akan merasa ketakutan. Dan engkaupun tidak akan bisa keluar darinya. Walupun engkau berteriak dengan jeritan menyayat, tidak akan ada orang yang mendengarkanmu. Kalaupun ada, mereka tidak akan peduli padamu”


“Lalu ?”


“Akan ku cambuk tubuhmu dengan cambuk Penderitaan. Sehingga engkau akan merasakan sakit yang membuat tubuhmu tidak nyaman. Pasrah. Engkau hanya akan bisa merintih memelas, memohon belas kasihan. Ketika engkau ingin mengobatinya, maka tidak ada seorang tabibpun yang mampu membuat obat untuk luka-lukamu”


“Setelah itu?”


“Akan kusirami tubuhmu dengan air Kesengsaraan. Sehingga akan membuat perih sekujur tubuhmu, membuat ngilu tulang-tulangmu. Membuat desiran darahmu terasa berhenti. Sangat pedih. Engkau hanya akan bisa pasrah menerima perlakuan semua itu”

“Apa lagi yang akan kamu perbuat setelah itu ?”


“Setelah itu, aku akan menusuk kepalamu dengan jarum Kerinduan. Kemudian, akan ku peras ia dengan kegelisahan. Sehingga membuatnya menjadi tak beraturan. Menghilangkan kesadaranmu. Berfikir tak rasioanal, menghadirkan perasaan yang mengerikan, menjadikanmu tak nyaman disetiap tidurmu.”


“Aku bisa melakukan segalanya terhadapmu. Membutakan mata, menulikan telinga, menjadikanmu lumpuh, bahkan membuatmu tidak bisa bernapas sekalipun. Tapi cukuplah itu sebagai sedikit gambaran tentang apa yang akan aku perbuat terhadapmu”


“Lalu bagaimana caraku untuk menghindar dari ancamanmu itu ? Tidak adakah jalan untuk berdamai ?”


Pembicaraan hening sejenak.


“Ada. Tapi jangan sekali-kali engkau khianati !”


“Benarkah. Apa itu?”


Taruhlah aku di dalam wadah hatimu.

Kelola aku dengan manajemen kelembutan.

Pelihara aku dengan kesabaran.

Rawat diriku dengan keikhlasan.

Sirami aku dengan air mata ketulusan.

Jaga diriku dengan kesabaran dan ketaatan.


Sehingga Engkau akan merasakan kedamaian. Akupun akan merasa sempurna. Karena pada hakikatnya, kesempurnaanku terletak pada penghambaan diri, kepatuhan, dan ketaatan kepada yang dicintai, yaitu nilai kebenaran.”


“Akan aku lakukan. Tapi siapa sesungguhnya dirimu dan dari mana asalmu ?”


“Sesungguhnya aku ini di ciptakan oleh Sang Pencipta, Allah Ar-Rahman untuk berada dalam diri manusia. Celakalah bagi yang tidak menempatkanku pada rumahku. Dan beruntunglah bagi yang memanfaatkanku dalam jalan kebenaran”


Cinta menutup kata-katanya,


“Ingat, jangan pernah meremehkanku dan memperlakukanku dengan dengan tidak baik. Rawat aku. Dan sekali lagi, jangan mengkhianatiku!”




*smoga termasuk manusia yang menempatkan Cinta, pada tempat yang seharusnya...amiiiiin*

Teruntuk Kasihku... (entah siapa & dimana)

Dear kasihku, apa kabar?
semoga saat ini engkau baik-baik saja...
Penatku, penatmu saat ini semoga selalu tetap di jalanNya…
Semoga mendung ini kau nikmati juga…
Supaya kau merasa sejuk setelah seharian bercampur debu...

Kasihku...
Aku rindu dalam rindu-rindu tentang takdir kita...
Semoga saat ini Penghulu kita menjagamu...
Melindungimu di jalanan yang terik atau di lautan yang berdebur...
Aku tak pernah tahu...
Namun tahukah kau??
Aku selalu yakin akan skenarioNya..

Kasihku...
Semoga saat ini Dia menjaga hatimu, mata, pendengaran, jiwamu
dan semuamu... untukku!!
Pun juga aku,
semoga Dia membantuku untuk menjaga kehormatanku, jiwaku, jasadku
semuaku... untukmu!!
karenaNya semata...

Kasihku..
Tahukah kau...?
Saat ini aku berdoa untuk keselamatanmu...
Semoga saat ini engkau masih teguh di jalan yang Ia bentangkan untukmu...

Kasihku...
Saat penat-penat pikir dan jasad begitu menggila...
Saat kumparan-kumparan dakwah ini mengajak kita berputar bersamanya...
Sungguh... aku hanya berharap Dia ridho atas apa yang aku dan engkau lakukan
(meskipun engkau disana...)

Kasihku, kau jauh disana...
Aku tak hendak melukis jasadmu...
Aku tak hendak mereka-reka, menebak-nebak tentangmu...

Sebab Kasih... tahukah kau?
Aku menyayangimu sebelum mata ini memandang, sebelum telinga ini mendengar.. sebelum hal-hal fisik merusak semua ketulusanku atas engkau...!
Dan aku ingin menjaganya agar tetap begitu : sederhana...

Ah... Kasihku..
Semoga kau lantunkan doa yang sama pada Pemilik kita...
Sebab takdirmu dan takdirku ada digenggamanNya...
dan kita...???
Tak pernah tahu...

Kasihku...
Dalam sujud-sujud panjangku, aku merayuNya...
Menyelipkan doa semoga aku pantas untuk mendampingimu...
Walaupun jauh disana saat ini adamu...
Namun, ada hormat, ada rindu, kepercayaan, yang memberiku selaksa energi khusus...

Kasihku...
Sungguh aku hanya ingin menjaga diriku, jiwaku...
Menjaganya, mempersiapkannya, menempanya...
Agar jika suatu saat Dia berkehendak, dan membuat skenario tentang kita...
Aku telah siap mendampingimu...
Dan kita akan tapaki jalan dakwah yang kita pilih dan kita cintai...
Hingga hanya Allah muara akhir semua cita...

Amin ya Rabbal alamin...

Hati dan Akal Bicara Cinta

Di sebuah pondok usang milik seorang hamba, akal dan hati berbual berkenaan kasih dan cinta..
Akal : Assalamualaikum, sahabat.
Hati : Waalaikumussalam...
Akal : Apa khabar iman anda?
Hati terdiam...
Akal bertanya sekali lagi.
Akal : Apa khabar iman anda?
Hati : Kurang sihat mungkin.
Akal : Mengapa?
Hati : Aku merindui dia segenap jiwaku...
Akal : Dia yang mana, sahabatku?
Hati : Kedua dia. Dia yang hakiki, juga dia yang entah kemana akhirnya..
Akal : Tidak mengapa, Itukan fitrah manusia.
Hati : Tapi rinduku kepadanya kadangkala membuat jiwaku runsing. Fikiranku melayang terbang jauh ke angkasa. Kadangkala ketika beribadah juga aku teringat dia.
Akal : Cintamu padanya, juga cintamu padaNya, cinta padaNya kan yang lebih utama.
Hati : Tapi... Aku benar cinta dia. Aku benar rindu dia. Aku mencintainya kerana Allah. Kami saling menasihati kepada kebaikan. Aku mahu mengejar syurga bersamanya.
Akal : Apa makna cinta?
Hati : Kasih dan sayang.
Akal : Bagiku cinta itu gila.
Hati : Mengapa pula?
Akal : Apabila kita mencintai seseorang, kita asyik teringatkan dia. Apa yang dikata jangan, sebaik mungkin kita elakkan. Apa yang diminta, seboleh mungkin kita usaha. Bila ada yang lain mendekati, bergelodak rasa cemburu. Apa kau rasa begitu?
Hati : Ya. Begitu yang aku rasa.
Akal : Apa kau tahu apa pula ibadah?
Hati : Orang kata ibadah itu taat dan patuh.
Akal : Ibadah itu juga adalah cinta.
Hati : Bagaimana dimaksudkan begitu?
Akal : Ibadah itu cinta. Berkasih-kasihan dengan Tuhan.
Hati terdiam lagi...

Hati : Jadi... Apa sebenarnya yang ingin kau sampaikan wahai akal?
Akal : Fikirkan, kalau kau benar mencintai dia kerana Allah, apa kau ada mengadu kepadaNya?
Hati : Aku puas sudah berdoa. Aku mendoakannya empat puluh kali setiap hari. Siang dan malam! Tegas hati..
Akal : Apa kau berdoa kepadaNya hanya kerana apabila kau terasa jauh dengannya? Apa kau hanya melipatgandakan ibadahmu ketika jiwamu rasa tak tenang?
Hati diam dan tertunduk...

Akal : Bagaimana boleh kau katakan cintamu kerana Allah. Sedangkan kau mengabaikan Dia ketika cintamu dengannya sedang indah bercahaya. Sabarlah wahai hati. Doamu mungkin tidak makbul sekelip mata. Barangkali Allah akan memakbulkannya di lain masa. Barangkali Allah ada hadiah yang lebih berharga untukmu!
Aliran sungai merah terasa semakin deras mengalir ke kepala...

Akal : Cinta kepada manusia yang gila seperti itu, hanya layak disandarkan kepada Allah. Allah menarik cintamu kerana Allah lebih mencintaimu. Allah merindui doa dan tangisan hambanya. Allah mahu kau kembali mengindahkan cintamu kepadaNya!
Hati mulai menangis... Sepi... Kesal...

Minggu, 27 Maret 2011

Aku Ingin Mencintai-Mu

Pernah tidak, kita merasa di sakiti atau di kecewakan oleh seseorang? Jawabannya pasti PERNAH..iya kan??? Ayo ngaku aja..hehe..ya memang ada kalanya hidup tidak berjalan sesuai dengan apa yang kita harapkan. Kalo udah begini, kaya nya kita butuh seseorang yang bisa buat kita nyaman untuk menopang segala keluh kesah kita. Mau bilang sama sahabat kita, eeh dia nya lagi sibuk dengan urusannya, akhirnya kita cuma bisa nangis aja dech sendirian di kamar… inginnya sich, kita tuh punya seseorang yang pada saat kita menangis, ia selalu berada di samping kita dengan memengang sapu tangan yang siap untuk menyapu titik-titik air mata yang kita keluarkan
Eh tapi tenang..ternyata masih ada kok seseorang yang mampu membuat kita tenang apabila jauh darinya dan nyaman ketika kita dekat dengannya..tidak ada kata atau perilakunya yang membuat kita sakit hati atau kecewa. Ia pun tidak pernah membenci dengan apa yang telah kita perbuat meskipun hal tersebut membuatnya sakit hati. Seseorang yang paling sempurna diantara semua orang yang kita miliki.
Yup..Allah ternyata sangat menyenangkan untuk di jadikan sahabat berbagi segalanya. kita semuanya memang sudah selayaknya menempatkan allah sebagai seorang sahabat yang paling sempurna. BersamaNya kita belajar menyelami hidup lebih dalam. Allah maha tahu tentang apapun. Rasanya tanpa bimbinganNya, saya tak kan pernah tahu bahwa hidup ini sedemikian menarik untuk tidak di sesali.
Terinspirasi dari nasyid Edcoustic “ Aku ingin mencintaiMu “. Nasyid ini menyadarkan saya, sudah sejauh mana saya mencintai allah. Apa yang sudah saya lakukan untuk mendekat padanya,mendapat cintaNya dan mendapatkan ridhoNya. Terkadang, sebagai seorang manusia, kita sering kali terlena dengan dunia, ketika kita mencintai makhlukNya, cinta kita jauh melebihi kecintaan kita sama Allah. Bukan menempatkan cinta kita pada makhlukNya karena Allah. Padahal Allah yang punya kuasa untuk membolak balikkan hati manusia, yang bisa membuat makhlukNya berhenti mencintai kita, yang memiliki keterbatasan dalam hal mencintai sesama, manusia di ciptakan dengan berbagai keinginan yang berbeda dan kadang berubah-ubah.tetapi allah tidak pernah berhenti mencintai kita. Beruntunglah jika kita menempatkan allah sebagai cinta tertinggi kita karena Allah selalu stabil mencintai kita, Allah tidak pernah mengurangi rasa cintaNya kepada kita, apapun yang terjadi. Cinta Allah merupakan anugerah kepada manusia sebab cintaNya tidak akan pernah di renggut seperti cinta sesama manusia yang kadang datang dan pergi sesuka hati.
Mari sejenak kita renungkan, bukankah Allah yang selama ini paling setia menunggu kita, Allah yang selalu ada di samping kita walaupun semua orang meninggalkan kita, pun ketika kita meninggalkanNya, Allah yang tidak pernah bosan mendengar cerita dan keluh kesah kita dan memberikan solusi terbaik bagi masalah kita yang bisa membuat hati kita tenang dan ga pernah sedikitpun membocorkan rahasia kita, malah menutup rapat aib-aib kita selama ini. Allah selalu memberi kita segalanya dan sudah dapat di pastikan pemberianNya adalah yang terbaik bagi kita. Bukankah selama ini Dia lah yang selalu mendengarkan dan mengabulkan doa-doa yang kita panjatkan? dan Dia tidak pernah ingkar janji, selalu memberi tanpa meminta balasan yang selalu mengatakan kebenaran dan menjadi “bodyguard” paling hebat untuk melindungi kita. Ketika kita salah, allah tidak pernah menertawakan penderitaan kita, dan senantiasa memaafkan kesalahan kita dan ketika kita tidak bisa mendapatkan apa yag kita minta, Allah menggantinya dengan yang jauh lebih baik. Allah selalu menyempurnakan diri kita, memberikan kesempatan kepada kita untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik, Allah selalu ada di setiap kita butuhkan. Adakah seseorang yang jauh lebih sempurna di bandingkan Nya??? Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? ( Q.S Ar Rahman )
Mari kita introspeksi diri, sudah sejauh mana cinta kita pada Allah.. Semoga Allah menggolongkan kita menjadi hamba-hambanya yang penuh semangat dan gairah hidup untuk menyempurnakan ikhtiar di jalan yang diridhai-Nya, sehingga hidup singkat di dunia benar-benar penuh kesan dan arti. Kita hidup didunia harus jelas tujuannya.cita-cita terbesar dalam hidup kita ialah berjumpa dengan Allah SWT. Mengingat mati, tidak pernah menyia-nyiakan waktu. Setiap detik diisi dengan penuh semangat memperbaiki diri dan berbuat yang terbaik. Semoga kita digolongkan menjadi hamba-hamba yang dicintai Allah SWT. Jadi mulai sekarang cintailah Allah karena Dia mencintai kita juga. Berbahagialah bersama cinta Allah. Selamat membaca lirik nasyidnya dan bagi yang ingin mendengarkan lagunya bisa di cari di toko – toko kaset terdekat  ( ^_^ )...
Aku Ingin Mencintai-Mu
Munsyid : EdCoustic
Tuhan betapa aku malu
Atas semua yang Kau beri
Padahal diriku terlalu sering membuatMU kecewa
Entah mungkin karna ku terlena
Sementara Engkau beri aku kesempatan berulang kali
Agar aku kembali
Dalam fitrahku sebagai manusia
Untuk menghambakanMU
Betapa tak ada apa-apanya aku dihadapanMU
Reff:
Aku ingin mencintaiMU setulusnya,
Sebenar-benar aku cinta
Dalam do`a
Dalam ucapan
Dalam setiap langkahku
Aku ingin mendekatiMU selamanya
Sehina apapun diriku
Kuberharap untuk bertemu denganMU ya Rabbi

Jumat, 25 Maret 2011

seribu lafadz cinta

Aku ingin menjadi mimpi indah dalam tidurmu, Aku ingin menjadi sesuatu yg mungkin bisa kau rindu, Karena langkah merapuh tanpa dirimu…
Kau seperti nyanyian dalam hatiku, Yang memanggil rinduku padamu, Seperti udara yg kuhela kau selalu ada … Hanya dirimu yang bisa membuatku tenang, Tanpa dirimu aku merasa hilang, Dan sepi, dan sepi …
Dealova
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, iaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (syurga)" (Ali Imran : 14)
Beberapa malam akhir-akhir ini saya ingin memberi makna pada cinta dari kalimah milik ALLAH diatas [maha benar ALLAH dengan segala firmanNYA], dari kalimah diatas ALLAH memberi keindahan pada manusia berupa perhiasan, dan perhiasan itu bernama cinta. Perkataan perhisan untuk saya adalah sesuatu yang mahal, sesuatu yang harus diletakkan ditempat yang semestinya ka... kalung jadi indah kalau ditaruh di leher, cuba kalau kalung diletak di telinga, kan jadi tak indah lagi, berjuntai panjang sampai ke dada, demikian dengan cinta, tempatkan pada hati bukan dibawah perut kerana kalau cinta diletak dibawah perut maka rosak dan hancur perhiasan tu, hilang makna cinta yang ada nafsu. Jadi jangan mengada nak letak cinta tu di merata-rata tempat. Makna cinta akan berubah menjadi nafsu jadinya, sama sama 5 huruf tapi maksudnya jauh berbeza dan perangai pun berlainan.
Kemudian kembali kepada kalimah diatas, dan kepada ALLAH lah tempat kembali, maksudnya cinta selain ALLAH hanya perhiasan dan kembali kepada ALLAH lah cinta yang sesungguhnya, mari kita semua memahami dan memaknai makna cinta..
Ketika saya jatuh cinta maka sejuta rasa hadir dihati saya, rasa takjub [kagum sampai meleleh ketika melihatnya], rasa bimbang takut kehilangan, H2G atau hampir-hampir gila ketika sehari saja tak ada sms darinya, rasa redha [rela memberi apa pun asal si dia bahagia] sejauh itu mampu saya lakukan, maka biasanya saya dengan senang hati melakukannya.
Pokoknya gunung kan kudaki, laut pun kan kuseberangi, “Wow!! Hebatnya!!” kemudian boleh dipastikan saya akan sering menyebut namanya, dan panggilannya indah ditelinga saya, rindu dengar suaranya dan penuh pengorbanan. agaknya begini rasanya kan? [kalau saya tak apa nak rindu ke apa ke, sebab dah jadi suami saya]
Dari ayat-ayat ini, saya yang mengaku mencintai ALLAH sudahkah takjub dengan segala yang diberikan ALLAH kepada saya, bagaimana jantung mengepam darah, bagaimana kaki saya yang hanya dua ini mampu berdiri tegak, bagaimana mata saya mampu melihat dan membezakan warna, sudahkah saya takjub? Mestinya saya risau ketika ALLAH menjauh dari diri saya ini, harusnya saya H2G ketika belum bertemu denganNYA melalui solat saya, semestinya saya mengorbankan separuh dari harta saya sebagai pengorbanan untuk yang saya cintai, ketika kekasih saya mencintai anak yatim dan fakir, saya pun sepatutnya macam tu juga..
Ketika kekasih saya memanggil untuk bertemu dengan saya melalui azan yang berkumandang indah, seharusnya saya segera menemuinya, ketika azan berkumandang dan saya masih sibuk kerja, sibuk merempit, “kejap la,masa masih panjang” apa inikah yang saya katakan cinta, kekasih memanggil, saya lambat-lambatkan… kekasih saya mengamuk kalau sms tak dibalas, terbayang murkanya ALLAH, nauzubillaminzalik..irhamnna ya ALLAH.
Jadi untuk menumbuhkan cinta atau mahabbah kepada ALLAH caranya adalah dengan taqqorub ilallah (mendekatakan diri kepada ALLAH). Bukankah saya juga selalu ingin dekat dengan dia yang saya kasihi? bukannya saya selalu rindu panggilan sayangnya yang nan indah ditelinga saya? bukankah dia selalu ada dihati saya :) begitu ketika saya mengaku sebagai kekasih ALLAH, semestinya semua rasa ini hadir pula untuk ALLAH...inilah cinta yang sebenarnya cinta, inilah makna cinta dalam surah Ali Imran diatas.
Jika Dealova dimaknakan sebagai cinta kepada ALLAH, subhanallah
“KAU seperti nyanyian dalam hatiku, Yang memanggil rinduku padaMU, Seperti udara yg kuhela, KAU selalu ada … KAU selalu ada”

Selasa, 22 Maret 2011

Ketika-Ikhwan-dan-Akhwat-jatuh-cinta--Nah Loh???

Duh Temanya Cinta Lagi..Cinta Lagi...Habis Gimana Dong...masalah ini kalau nda sering-sering disinggung nanti makin banyak yang kebablas..

Bismillahhirahmanirahim...
Suatu ketika, dalam majelis koordinasi seorang akhwat berkata pada mas’ul dakwahnya, “Akhi, ana ga bisa lagi berinteraksi dengan akhfulan”. Suara akhwat itu bergetar. Nyata sekali menekan perasaannya. Pekan lalu, ikhwan tersebut membuat pengakuan yang membuat ana merasa risih. Afwan, terus terang juga tersinggung. Sesaat kemudian suara dibalik hijab itu mengatakan, “Ia jatuh cinta pada ana”.

Mas’ul trsebut terkejut, tapi ditekannya getar suaranya. Ia berusaha tetap tenang. “Sabar Ukhti, jangan terlalu diambil hati. Mungkin maksudnya tidak seperti yang Anti bayangkan”, Sang mas’ul mencoba menenangkan terutama untuk dirinya sendiri.

“Afwan, ana tidak menangkap maksud lain dari perkataannya. Ikhwan itu mungkin tidak pernah berpikir dampak perkataannya. Kata-kata itu membuat ana sedikit banyak merasa gagal menjaga hijab ana, gagal menjaga komitmen dan menjadi penyebab fitnah. Padahal, ana hanya berusaha menjadi bagian dari perputaran dakwah ini”, sang akhwat kini mulai tersedak terbata.

“Ya sudah ana berharap Anti tetap istiqamah dengan kenyataan ini, ana tidak ingin kehilangan tim dakwah oleh permasalahan seperti ini”. Mas’ul itu membuat keputusan, “Ana akan ajak bicara langsung akh fulan”.

Beberapa Waktu berlalu, ketika akhirnya mas’ul tersebut mendatangi fulan yang bersangkutan. Sang Akh berkata, “Ana memang menyatakan hal tersebut, tapi apakah itu suatu kesalahan?”

Sang mas’ul berusaha menanggapinya searif mungkin. “Ana tidak menyalahkan perasaan Antum. Kita semua berhak memiliki perasaan itu. Pertanyaan ana adalah, apakah Antum sudah siap ketika menyatakan perasaan itu? Apakah Antum mengatakannya dengan orientasi bersih yang menjamin hak-hak saudari Antum? Hak perasaan dan hak pembinaannya. Apakah Antum menyampaikan kepada pembina Antum untuk diseriuskan? Apakah Antum sudah siap berkeluarga? Apakah Antum sudah berusaha menjaga kemungkinan fitnah dari pernyataan Antum, baik terhadap ikhwah lain maupun terhadap dakwah????“, Mas’ul tersebut membuat penekanan substansial.

“Akhi bagi kita perasaan itu tidak semurah tayangan sinetron atau bacaan picisan dalam novel-novel. Bagi kita perasaan itu adalah bagian dari kemuliaan yang Allah tetapkan untuk pejuang dakwah. Perasaan itulah yang melandasi ekspansi dakwah dan jaminan kemuliaan Allah SWT. Perasaan itulah yang mengeksiskan kita dengan beban berat amanah ini. Maka Jagalah perasaan itu tetap suci dan mensucikan”, tambahnya.

*****
Cinta Aktivis Dakwah 
Bagaimana ketika perasaan itu hadir. Bukankah ia datang tanpa pernah diundang dan dikehendaki?

Jatuh cinta bagi aktivis dakwah bukanlah perkara sederhana. Dalam konteks dakwah, jatuh cinta adalah gerbang ekspansi pergerakan. Dalam konteks pembinaan, jatuh cinta adalah naik marhalah pembinaan. Dalam konteks keimanan, jatuh cinta adalah bukti ketundukan kepada sunnah Rosullulah saw dan jalan meraih ridho Allah SWT.

Ketika aktivis dakwah jatuh cinta, maka tuntas sudah urusan prioritas cinta. Jelas, Allah, Rosullah dan jihad fii sabilillah adalah yang utama. Jika ia ada dalam keadaan tersebut, maka berkahlah perasaannya, berkahlah cintanya dan berkahlah amal yang terwujud dalam cinta
tersebut. Jika jatuh cintanya tidak dalam kerangka tersebut, maka cinta menjelma menjadi fitnah baginya, fitnah bagi ummat, dan fitnah bagi dakwah. Karenannya jatuh cinta bagi aktivis dakwah bukan perkara sederhana.

Ketika Ikhwan mulai bergetar hatinya terhadap akhwat dan demikian sebaliknya. Ketika itulah cinta muncul dalam dirinya. Cinta inilah yang akan kita bahas disini. Yaitu sebuah karunia dari kelembutan hati dan perasaan manusia. Suatu karunia Allah yang membutuhkan bingkai yang jelas. Sebab terlalu banyak pengagung cinta ini yang kemudian menjadi hamba yang tersesat. Bagi aktivis dakwah, cinta lawan jenis adalah perasaan yang lahir dari tuntutan fitrah, tidak lepas dari kerangka pembinaan dan dakwah.

Suatu perasaan produktif yang dengan indah dikemukakan oleh ibunda kartini, akan lebih banyak lagi yang dapat saya kerjakan untuk bangsa ini, bila saya ada disamping laki-laki yg cakap, lebih banyak kata saya daripada yang saya usahakan sebagai perempuan yang berdiri sendiri..

Cinta memiliki 2 mata pedang. Satu sisinya adalah rahmat dengan jaminan kesempurnaan agama dan disisi lainnya adalah gerbang fitnah dan kehidupan yang sengsara. Karenanya jatuh cinta membutuhkan kesiapan dan persiapan. Bagi setiap aktivis dakwah, bertanyalah dahulu kepada diri sendiri, sudah siapkah jatuh cinta???
Jangan sampai kita lupa, bahwa segala sesuatu yang melingkupi diri kita, perkataan, perbuatan, maupun perasaan adalah bagian dari deklarasi nilai diri sebagai generasi dakwah. Sehingga umat selalu mendapatkan satu hal dari apapun pentas kehidupan kita, yaitu kemuliaan Islam dan kemuliaan kita karena memuliakan Islam.

Deklarasi Cinta 
Sekarang adalah saat yang tepat bagi kita untuk mendeklarasikan cinta diatas koridor yang bersih. Jika proses dan seruan dakwah senantiasa mengusung pembenahan kepribadiaan manusia, maka layaklah kita tempatkan tema cinta dalam tempat utama. Kita sadari kerusakan prilaku generasi hari ini, sebagian besar dilandasi oleh salah tafsir tentang
cinta. Terlalu banyak penyimpangan terjadi, karena cinta didewakan dan dijadikan kewajaran melakukan pelanggaran. Dan tema tayangan pun mendeklarasikan cinta yang dangkal. Hanya ada cinta untuk sebuah persaingan, sengketa. Sementara cinta untuk sebuah kemuliaan, kerja
keras dan pengorbanan, serta jembatan jalan kesurga dan kemuliaan Allah, tidak pernah mendapat tempat disana.

Sudah cukup banyak pentas kejujuran kita lakukan. Sudah terbilang jumlah pengakuan keutamaan kita, sebuah dakwah yang kita gagas, Sudah banyak potret keluarga yg baru dalam masyarakat yg kita tampilkan. Namun berapa banyak deklarasi cinta yang sudah kita nyatakan. Cinta masih menjadi topik “asing” dalam dakwah kita. Wajah, warna, ekspresi dan nuansa cinta kita masih terkesan misteri. Pertanyaan sederhana, “Gimana sih, kok kamu bisa nikah sama dia, Emang kamu cinta sama dia?”, dapat kita jadikan indikator miskinnya kita mengkampanyekan cinta suci dalam dakwah ini.

Pernyataan ‘Nikah dulu baru pacaran’masih menjadi jargon yang menyimpan pertanyaan misteri, “Bagaimana caranya, emang bisa?”. Sangat sulit bagi masyarakat kita untuk mencerna dan memahami logika jargon tersebut. Terutama karena konsumsi informasi media tayangan, bacaan, diskusi dan interaksi umum, sama sekali bertolak belakang dengan jargon tersebut.

Inilah salah satu alasan penting dan mendesak untuk mengkampanyekan cinta dengan wujud yang baru. Cinta yang lahir sebagai bagian dari penyempurnaan status hamba. Cinta yang diberkahi karena taat kepada Sang Penguasa. Cinta yang diberkahi karena taat pada sang penguasa. Cinta yang menjaga diri dari penyimpangan, penyelewengan dan perbuatan ingkar terhadap nikmat Allah yang banyak. Cinta yang berorientasi bukan sekedar jalan berdua, makan, nonton dan seabrek romantika yang berdiri diatas pengkhianatan terhadap nikmat, rezki, dan amanah yang Allah berikan kepada kita.

Kita ingin lebih dalam menjabarkan kepada masyarakan tentang cinta ini. Sehingga masyarakat tidak hanya mendapatkan hasil akhir keluarga dakwah. Biarkan mereka paham tentang perasaan seorang ikhwan terhadap akhwat, tentang perhatian seorang akhwat pada ikhwan, tentang cinta ikhwan-akhwat, tentang romantika ikhwan-akhwat dan tentang landasan kemana cinta itu bermuara. Inilah agenda topik yang harus lebih banyak dibuka dan dibentangkan. Dikenalkan kepada masyarakat berikut mekanisme yang menyertainya. Paling tidak gambaran besar yang menyeluruh dapat dinikmati oleh masyarakat, sehingga mereka bisa mengerti bagaimana proses panjang yang menghasilkan potret keluarga
dakwah hari ini.

Epilog
Setiap kita yang mengaku putra-putri Islam, setiap kita yg berjanji dalam kafilah dakwah, setiap kita yang mengikrarkan Allahu Ghoyatuna, maka jatuh cinta dipandang sebagai jalan jihad yang menghantarkan diri kepada cita-cita tertinggi, syahid fi sabililah. Inilah perasaan yang istimewa. Perasaan yang menempatkan kita satu tahap lebih maju. Dengan perasaan ini, kita mengambil jaminan kemuliaan yang ditetapkan Rosullulah. Dengan perasaan ini kita memperluas ruang dakwah kita.Dengan perasaan ini kita naik marhalah dalam dakwah dan pembinaan.

Betapa Allah sangat memuliakan perasaan cinta orang-orang beriman ini. Dengan cinta itu mereka berpadu dalam dakwah. Dengan cinta itu mereka saling tolong menolong dalam kebaikan, dengan cinta itu juga mereka menghiasi Bumi dan kehidupan di atasnya. Dengan itu semua Allah berkahi nikmat itu dengan lahirnya anak-anak shaleh yang memberatkan Bumi dengan kalimat Laa Illaha Ilallah. Inilah potret cinta yang sakinah, mawadah, warahmah.

Jadi, sudah berani jatuh cinta??

Jumat, 18 Maret 2011

Hati Hatilah Dengan CINTA,,




Hati-hati dengan cinta...,
Jika cinta itu disambut oleh para pecinta PALSU. Kemungkinan apa yang kita sayangi atau cintai tersimpan keburukan didalamnya, dan kemungkinan apa yang kita benci tersimpan kebaikan didalamnya..
Cinta kepada harta artinya bakhil,
cinta kepada diri artinya bijaksana,
cinta kepada mati artinya hidup
dan cinta kepada Alloh artinya Taqwa.

Cinta adalah keabadian ... dan kenangan adalah hal terindah yang pernah dimiliki.Siapapun pandai menghayati cinta....., tapi tak seorangpun pandai menilai cinta, karena cinta bukanlah suatu objek yang bisa dilihat oleh kasat mata, sebaliknya cinta hanya dapat dirasakan melalui hati dan perasaan.
Cinta sebenarnya adalah membiarkan orang yang kita cintai menjadi dirinya sendiri... dan tidak merubahnya menjadi gambaran yang kita inginkan. Jika tidak, kita hanya mencintai pantulan diri sendiri yang kita temukan didalam dirinya. Kita tidak akan pernah tau bila kita akan jatuh cinta.
Namun apabila sampai saatnya itu..., raihlah dengan kedua tanganmu dan jangan biarkan dia pergi dengan sejuta rasa tanda tanya dihatinya. Cinta bukanlah kata murah dan lumrah dituturkan dari mulut kemulut.... tetapi cinta adalah anugerah Tuhan yang terindah dan suci, jika manusia dapat menilai kesuciannya.
Bercinta memang mudah, untuk dicintai juga memang mudah. Tapi untuk dicintai oleh orang yang kita cintai itulah yang sukar diperoleh. Jika saja kehadiran cinta sekedar untuk mengecewakan, lebih baik cinta itu tak pernah hadir.......
>>>>...Cintailah seseorang itu atas dasar siapa dia sekarang dan bukan siapa dia sebelumnya. Kisah silam tidak perlu diungkit lagi, kiranya kita benar-benar mencintainya setulus hati....

kuharap cinta



Alhamdulillah....syukur ku ke hadrat ilahi karena masih memberi peluang kepada diri ini untuk terus rukuk dan sujud kepada Yang Maha Esa. Selawat dan salam buat kekasih tercinta, Nabi Muhammad s.a.w. dan kaum kerabat Baginda. Tidak lupa juga buat para sahabat dan tabi’in skalian.

Muhasabah Cinta
Album :
Munsyid : EdCoustic
http://liriknasyid.com

Wahai... Pemilik nyawaku
Betapa lemah diriku ini
Berat ujian dariMu
Kupasrahkan semua padaMu

Tuhan... Baru ku sadar
Indah nikmat sehat itu
Tak pandai aku bersyukur
Kini kuharapkan cintaMu

Reff. :
Kata-kata cinta terucap indah
Mengalun berzikir di kidung doaku
Sakit yang kurasa biar jadi penawar dosaku
Butir-butir cinta air mataku
Teringat semua yang Kau beri untukku
Ampuni khilaf dan salah selama ini
Ya ilahi....
Muhasabah cintaku...

Tuhan... Kuatkan aku
Lindungiku dari putus asa
Jika ku harus mati
Pertemukan aku denganMu

Nikmat kesehatan yang diberikan oleh Allah s.w.t. adalah anugerah yang tak ternilai. Tidak guna panjang umur kalu sakit, tidak guna banyak harta tapi sakit………….tapi akan terbit rasa damai dihati saat diri ridha dan menerima semua ketentuan yang telah ditetapkan oleh-NYA.. seperti kata lirik nie…….
Sakit yang kurasa biar jadi penawar dosaku”
Pernah tak kita terfikir, satu hari…kita bangkit dari tidur…..
pandangan mata kita jadi gelap gelita karena buta..? 
tidak dapat merasai anggota badan kita karena lumpuh?
Pendengaran kita menjadi sunyi sepi karena pekak?
Tidak mampu berkata-kata karena bisu?
Ya Allah…adakah aku akan menerima semua ini dengan hati yang ridha dan pasrah seandainya diuji sebegini hebat? Mampukah aku menerima semua ini dan meneruskan kehidupan dengan “dunia baru’?
Wahai... Pemilik nyawaku
Betapa lemah diriku ini
Berat ujian dariMu
Kupasrahkan semua padaMu

Tuhan... Baru ku sadar
Indah nikmat sehat itu
Tak pandai aku bersyukur
Kini kuharapkan cintaMu
Walau apa pun, hidup mesti diteruskan karena janji Allah s.w.t., mereka yang beriman akan diuji oleh_NYA untuk mengetahui siapakah diantara kita yang benar-benar beriman kepada_NYA. Moga kita tidak berputus asa ketika diuji…
Tuhan... Kuatkan aku
Lindungiku dari putus asa
Firman Allah s.w.t. bermaksud:
“Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”
( Az-Zumar ayat 53)

Dan bait kata yang amat menyentuh hati ini dan buat diri ini merenung sejenak…….

Jika ku harus mati
Pertemukan aku denganMu

Ya…tiap yang bernyawa pasti akan merasai mati..sekiranya diri ini diuji dengan ditarik nikmat kesehatan serta merta…
aku mohon pada MU Ya Allah…
“Lindungilah diri ini dari putus asa atas rahmatMu, jika ku harus mati….matikanlah aku dalam keadaan beriman kepadaMu, juga ambillah nyawaku ketika sedang melaksanakan gerak kerja Islam dan bukan ketika terlantar di atas katil..dan pertemukanlah aku denganMu Ya Allah…”
aamiin.....
~Muhasabah Cinta Ku~

Kamis, 17 Maret 2011

Muhasabah Cinta





Entah kali ke berapa saya menatap wajah lembutnya. Wajah yang suatu ketika dulu indah berseri dengan senyuman bak gula, kini suram dan kelam dengan pelbagai rasa yang terpendam.

Saya coba menarik perhatiannya dengan menyanyi-nyanyi kecil lirik nasyid: Isteri cerdik yang solehah. Namun dia terus membisu. Tidak berkata walau sepatah.

“Ehemm..”saya berdehem. Kelihatannya dia bagai tenggelam dalam lamunan yang amat dalam.

“Ehemm..sahabat !” kali ini saya menguatkan suara. Sedikit, sekadar untuk memastikan dia mendengar dan memberi perhatian.

Panggilan saya berbalas pandangan. Dia melempar senyum, malu-malu. Mungkin baru tersedar sudah beberapa detik pertemuan kami ini hanya bersulam diam.

Saya membalas dengan senyuman. Dari hati. Penuh empati. Bukan baru sehari dua kami saling mengenali.

Dia, sahabat yang dahulunya sentiasa ceria dan tinggi keyakinan diri. Kata-katanya petah berisi. Bahasanya dari hati, meninggal bekas kepada sesiapa yang mendengar. Tanda sampainya juga jauh ke lubuk jiwa.

Tetapi hari ini, tatkala melihat dia sering mengelamun sendiri, bagaikan dia bukan lagi sahabat yang amat saya kagumi. Suatu ketika dahulu, ketika di alam kampus universiti.

CINTA PUDAR, BENCI MEMUGAR

“ Mengapa..sahabat?”soal saya memecah senyap dan sunyi yang lama membaluti pertemuan kami. Dia memandang sambil melepas keluhan. Berat sekali.

“ Bukankah lebih baik mengubat luka dari membiarkannya terus berdarah sehingga bernanah..tidak dijaga. Mengapa membiarkan cinta pudar berganti benci yang kian memugar?” saya menyambung tanya. Saya tahu dia memahami apa maksud saya.

“ Ana dah cuba…tapi semuanya tetap begitu. Ana jadi bosan..” dia meluah rasa.

“ Sahabat belum cuba sehabis daya..”saya berkata. Mendengar itu, dia mengalih pandang. Masam. Mungkin tersinggung dengan kata-kata saya tadi. Bagai tuduhan tanpa bukti.

“ Ukhti tak tahu apa yang ana rasa…Ana ingatkan dia seorang yang menjaga kesempurnaan. Ibadahnya diambil berat. Hubungan dengan perempuan lain dikawal ketat..dan yang lebih penting, perasaan ana sebagai isteri dipegang erat. Ana merajuk. Dia memujuk. Ana sedih, dia segera menghilangkan pedih….tapi..”dia berhenti. Pandangannya sekali lagi dilempar jauh. Kolam matanya mula bergenang air jernih.

Saya mendengar. Cuba memahami pilu hati sahabat yang kini bergelar isteri. Mengahwini seorang lelaki yang dahulunya bergelar pemimpin pelajar.

PEMBIMBING

“ Sahabat terlalu mengharap kesempurnaan. Tiada manusia yang sempurna serba serbi. Kita sebagai isteri juga banyak kelemahan diri..”luah saya lembut. Saya pegang bahunya. Moga dia mengerti.

“ Bukan begitu…”dia menafikan. Airmatanya yang tumpah dibiarkan laju menuruni pipi.

“Dahulu, saat dia melafazkan: Aku terima nikahnya, ana terlalu gembira. Bersyukur, memperolehi seorang suami yang mampu menjadi pembimbing dan pendamping setia. Tetapi..kini, setelah bertahun hidup bersama..apa yang ana impikan jauh dari kenyataan…dia bukan sebagaimana yang ana harapkan. Ana pula yang banyak menegur salah dan silap suami,” dia bersuara. Sebak dan sayu. Pilu.

“Itulah yang bagus..menegur salah pasangan, tanda masih ada kasih. Tidak membiarkan dia terus berdosa, lambang sahabat masih punya cinta,”saya memberi semangat. Dia bagai terkejut mendengar bicara saya. Saya tersenyum.

“ Sahabat…sebagai manusia, setiap dari kita mengalami turun naik iman di dada. Pahala semakin sirna berganti khilaf dan dosa. Justeru, sebagai suami atau isteri, kita sewajarnya bukan hanya melihat kelebihan pasangan sebagai keistimewaan yang mampu membahagiakan, tetapi juga menerima kelemahannya sebagai hadiah dari Yang Maha Esa.” Saya menambah rencah nasihat dengan nada sebak memenuhi jiwa. Nasihat saya kepadanya, adalah juga peringatan untuk diri saya yang sering lupa.


HADIAH

“Hadiah…bagaimana tu?” Dia bertanya. Sudah ada sinar pada renungan matanya. Hati saya berbunga ceria.

“Hadiah berupa peluang dan ruang agar kita MELIPATGANDAKAN amalan, ibadah dan usaha untuk memperbaiki diri. Semakin mendekatkan diri pada Ilahi. Adakalanya kita lalai dan leka..hanya melihat kelemahan dan kesilapan pasangan, tanpa lebih dulu menilai kesilapan diri sepanjang tempoh perkahwinan. Terlalu banyak alasan yang kita cipta hanya untuk menampakkan kita betul dan benar belaka. Kerjaya, anak, rutin rumahtangga dan berbagai lagi.

Kesibukan itu..menyebabkan kita membiarkan pasangan tanpa layanan. Dan yang paling malang, kesibukan itu, menjadikan kita semakin jauh dari Tuhan.

Solat tidak lagi di awal waktu. Tergesa-gesa sahaja.

Doa juga tidak lagi panjang dan penuh pengharapan seperti dulu.

Ibadah tidak lagi menjadi makanan yang enak dan sihat kepada ruh yang dikurniakan Ilahi, tetapi telah bertukar basi dan mengundang penyakit pada diri. Ruh kita sakit dan menderita..Bila semua itu berlaku, jiwa kita jadi kacau..tak menentu. Lalu, masalah yang kecil diperbesar-besarkan, pasangan disalahkan dan akhirnya saling berjauhan,”tambah saya penuh keinsafan.

Dia tunduk, menekur kepala. Ada titisan yang menitik ke lantai. Buat ke sekian kali, tangisan sayunya memecah hening sunyi.

MUHASABAH CINTA

“As…bangun sayang..dah subuh ni.”Sayup-sayup saya mendengar satu suara. Saya membuka mata. Suami tersenyum memandang saya.

“Astaghfirullah..mimpi rupanya..”bisik saya sendiri. Saya memicit kepala berulang kali. Betapa saya memikirkan cerita dan masalah rumahtangga yang banyak mengisi ruang kotak emel, hingga terbawa ke alam lena.

Melihat suami yang telah bersedia untuk ke masjid, saya bersegera ke bilik air. Membersihkan diri dan bersuci.

Usai solat, saya menadah tangan ke hadrat Yang Esa. Munajat saya berisi muhasabah cinta. Doa saya:

“Wahai pemilik cinta yang hakiki, pandulah kami..bimbinglah kami. Jangan biarkan kami sendiri melayari kehidupan ini. Biarlah kesakitan yang ENGKAU berikan sebagai kaffarah dosa dan silap kami. Sakit yang nampak di mata, jua sakit yang menyelinap ke dalam jiwa. Bantulah kami untuk mensucikan ruh dan hati. Izinkan kami menyintai dengan Cinta dan Kasih yang suci dari-Mu..sesungguhnya cinta, kasih dan sayang kami hanya kerana-Mu, Ya Rabbi.”

Musibah itu......Nikmat

Allah Swt. berfirman, “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. ar-Ruum [30]: 41).


Sungguh ajaib. Allah menimpakan musibah kepada manusia, namun ternyata musibah itu berbuah kebaikan. Tidakkah engkau lihat, banyak manusia yang ditimpa musibah, kemudian membuatnya semakin dekat kepada Allah. Ia meratap, menangis, dan memohon kepada Allah agar diselamatkan dan ditolong dari musibah itu, padahal sebelumnya belum pernah melakukannya. Seolah musibah itu “menyeretnya” kepada Allah. Musibah telah merubah besi berkarat menjadi emas murni. Musibah telah merubah orang jahat menjadi baik dan si durhaka menjadi taat.

Duhai sahabatku, jika Allah memberi musibah kepadamu, bukan berarti Dia benci kepadamu. Justru Dia telah menunjukkan kasih sayang-Nya kepadamu. Dia mengingatkanmu untuk segera kembali, memohon kepada-Nya, banyak mengingat-Nya, dan beristighfar atas segala kesalahan yang pernah engkau lakukan. Siapakah orang yang tidak ingin diingatkan apabila didepannya ada jurang yang menganga? Siapakah orang yang tidak ingin ditegur apabila yang dilakukannya itu salah?

Demikianlah cara Allah mengingatkan kita. Dengannya, kita pun kembali kepada-Nya. Dan Allah sangat senang dengan orang yang “kembali” melebihi seseorang yang menemukan kembali ontanya yang telah hilang di padang pasir.

Kamis, 10 Maret 2011

Doa Dari Hati Yang Sedang Gelisah

Ya Allah... Aku bermohon...
Kembalikanlah... Semangatkuh yg tlah pergi bersamanya...
Pulihkanlah... Hatikuh yg tlah dicuri olehnya...
Berikanlah... Sapu tangan kasihMU...
Untuk mengaelap air mata yg hampir kering...
Tunjukanlah jalan... Untuk kaki yg bingung...
Akan melangkah kemana...

Ya Allah...
Jangan biarkan...
Akuh larut dalam kesedihan...
Jangan lepaskan...
Akuh larut dalam kegelisahan...
Cukuplah... Air mata ini sebagai pengganti kesedihankuh...
Cukuplah... Kekosongan hati ini...
Selama kegelisahan msh berada disini...

Ya Allah...
Berilah... Cahaya baru...
Untuk penerang hati yg hampir gelap...
Semailah... Dengan semangat baru...
Untuk pengisi hidup...


Ya Allah...
Biarkan... Bias keindahanMU...
Mewarnai kembali jiwa ini...
Ulurkan tanganMU... Bimbing kaki ini...
Hanya kepadaMU...
Hati yg gelisah ini bersandar...
Hanya denganMU...
Hati yg kosong berlindung...

Ya Allah...
Dengarkanlah... Do'a ini...
Kabulkanlah... Do'a hati yg sedang gelisah ini...

Amien... Amien... Ya Rabbal Alamien.

Jika aku

Jika aku merindu Yaa Rabb
rindu pada segarnya air wudhu
rindu pada sejuknya embun subuh
rindu pada cerahnya matahari di waktu dhuha


Ijinkan hati untuk menghadapmu
jadikan setiap malamku terbasuh dengan segarnya air wudhu itu
mudahkan langkahku untuk bergerak menuju rumahmu yang agung ditemani dengan embun subuh
kuatkanlah hatiku untuk menikmati dhuha bersama doa memohon rizkiMu
ijinkan setiap niat ini terwujud
melangkah tanpa rintangan
mengokohkan jiwa tanpa beban berat
memantapkan kalbu dengan ridhoMu
Jika aku gelisah, Yaa Rabb
gelisah pada keputusan yang hendak Kau berikan padaku
gelisah pada masalah yang sedang ku hadapi
gelisah pada segala urusan duniaku
Ijinkan aku
untuk mendapatkan kematapan hati
untuk memperoleh hidayah dari Mu
untuk mengingat bahwa segala urusan ini adalah cobaan dariMu
Jika aku terjatuh, Yaa Rabb
terjatuh jauh dariMu
terjatuh banyak melalaikanMu
terjatuh oleh gelombang nafsu dunia
Ijinkan
agar Engkau angkat aku dari keterpurukan itu
agar Engkau peringatkan aku dari kemalasanku
agar Engkau membelenggu nafsu itu jauh dari jiwa dan sanubariku
Jika aku mulai jatuh cinta Yaa Rabb
jatuh cinta pada selain Mu
jatuh cinta pada keindahan dunia
jatuh cinta pada manisnya masa muda
Ijinkan aku
tidak mencintainya melebihi cintaku padaMu
tidak mengagumi keindahannya melebihi kekagumanku pada indahnya nikmatMu
tidak melaluinya melainkan dengan menempuh masa muda dalam jalan lurusMu
Ijikan aku
menjadi seseorang yang senantiasa memuhasabahi diri ini setiap saat
Ijinkan aku
menjadi muslimah tegar nan berprinsip kokoh
Jadikan setiap langkah ini
Jadikan setiap angan dan cita ini
menjadi
Langkah, angan, dan cita yang terbaik untukku esok